Pada pembukaan pasar pagi ini, pergerakan harga aset saham dan surat utang domestik terlihat lebih stagnan.
IHSG dibuka naik 0,18%. Sementara yield surat utang negara tenor acuan 10 tahun bertahan di 7,18%. Tenor 2Y turun ke 6,99%. Tenor 15 tahun yang sempat di 7,21% kini melandai di 7,19%. Sementara tenor 5 tahun ada di 7,09%.
Menuju Rp16.300/US$
Secara teknikal nilai rupiah sudah di area Rp16.220/US$ yang merupakan support terdekat usai break support psikologis dengan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.250-Rp16.300/US$.
Apabila kembali break support tersebut, rupiah berpotensi melemah makin jauh menuju level Rp16.340/US$ sebagai support terkuat.
Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah berpotensi melemah ke level Rp16.350/US$ sampai dengan Rp16.400/US$ usai breakout support terkuat.
Jika terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp16.150/US$ dan selanjutnya Rp16.100/US$ sebagai resistance potensial.
Sentimen pasar global memang tengah kurang baik bagi pasar negara berkembang. Tadi malam, bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), merilis risalah rapat pertemuan Desember yang memperkuat nada hawkish.
Risalah rapat itu memperlihatkan stance baru The Fed dalam menentukan kebijakan bunga acuan ke depan. Kenaikan risiko inflasi, penguatan berkelanjutan belanja masyarakat AS, juga penurunan risiko prospek pasar tenaga kerja dan aktivitas ekonomi, mendorong para pejabat The Fed menempuh pendekatan lebih lambat perihal penurunan bunga acuan ke depan.
"Para peserta mengindikasikan bahwa komite sudah berada pada atau mendekati titik di mana mereka perlu memperlambat laju pelonggaran," demikian isi notulen rapat.
Kini, pelaku pasar akan menunggu rilis data utama yang jadi perhatian pekan ini yakni laporan pekerjaan AS pada Jumat.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia hari ini akan merilis hasil Survei Konsumen bulan Desember yang akan menunjukkan apakah keyakinan para konsumen terhadap kondisi ekonomi kini dan ke depan masih bertahan lebih baik.
Sebelumnya, rilis data cadangan devisa Desember yang memecahkan rekor tertinggi dalam sejarah, ternyata tidak cukup mampu menolong rupiah bergerak lebih kuat.
Tekanan jual di pasar surat utang domestik masih membebani rupiah. Yield SUN semua tenor bergerak naik di mana tenor acuan 10 tahun sudah di 7,18%. Sementara tenor 15 tahun kini sudah di 7,21%.
Meski demikian, nilai cadev yang besar di akhir tahun diyakini memberikan amunisi lebih besar bagi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar di tengah guncangan ketidakpastian global yang silih berganti menerpa.
Yang terbaru, Pemerintah RI berniat memperpanjang periode penempatan devisa hasil ekspor (DHE) dari tiga bulan menjadi 12 bulan, menurut penjelasan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dilansir dari media lokal.
Aturan terkait perubahan kewajiban itu akan dirilis dalam waktu dekat. Penempatan dolar AS hasil ekspor lebih lama di perbankan domestik diharapkan bisa memberi sokongan lebih besar bagi rupiah.
(rui)