Logo Bloomberg Technoz

Sementara won Korsel menguat 0,12% dan yen juga naik 0,09%.

Sentimen pasar global memang tengah kurang baik bagi pasar negara berkembang. Tadi malam, bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), merilis risalah rapat pertemuan Desember yang memperkuat nada hawkish.

Risalah rapat itu memperlihatkan stance baru The Fed dalam menentukan kebijakan bunga acuan ke depan. Kenaikan risiko inflasi, penguatan berkelanjutan belanja masyarakat AS, juga penurunan risiko prospek pasar tenaga kerja dan aktivitas ekonomi, mendorong para pejabat The Fed menempuh pendekatan lebih lambat perihal penurunan bunga acuan ke depan.

"Para peserta mengindikasikan bahwa komite sudah berada pada atau mendekati titik di mana mereka perlu memperlambat laju pelonggaran," demikian isi notulen rapat.

Rilis risalah rapat itu direspon pasar dengan hati-hati. Meski secara umum pasar telah memperhitungkan perubahan sikap The Fed itu usai hasil FOMC diumumkan bulan lalu, rilis notulensi lengkap tersebut memberi penegasan.

Yield Treasury, surat utang AS, hanya bergerak sedikit masih di level 4,7%. Sementara indeks saham di Wall Street juga ditutup stabil pasca publikasi risalah rapat itu.

Kini, pelaku pasar akan menunggu rilis data utama yang jadi perhatian pekan ini yakni laporan pekerjaan AS pada Jumat. 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia hari ini akan merilis hasil Survei Konsumen bulan Desember yang akan menunjukkan apakah keyakinan para konsumen terhadap kondisi ekonomi kini dan ke depan masih bertahan lebih baik.

Sebelumnya, rilis data cadangan devisa Desember yang memecahkan rekor tertinggi dalam sejarah, ternyata tidak cukup mampu menolong rupiah bergerak lebih kuat. Tekanan jual di pasar surat utang domestik masih membebani rupiah. Yield SUN semua tenor bergerak naik di mana tenor acuan 10 tahun sudah di 7,18%. Sementara tenor 15 tahun kini sudah di 7,21%.

Indeks saham juga tertekan kemarin, dengan penurunan nilai 0,04%.

Meski demikian, nilai cadev yang besar di akhir tahun  diyakini memberikan amunisi lebih besar bagi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar di tengah guncangan ketidakpastian global yang silih berganti menerpa.

Cadev juga berpeluang mendapatkan lebih banyak sokongan menyusul langkah Pemerintah RI menjual global bond perdana tahun ini dengan target penjualan US$ 3 miliar.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan menuju area Rp16.220/US$ yang merupakan support terdekat usai break support psikologis dengan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.250/US$-Rp16.300/US$.

Apabila kembali break support tersebut, rupiah berpotensi melemah makin jauh menuju level Rp16.340/US$ sebagai support terkuat.

Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah berpotensi melemah ke level Rp16.350/US$ sampai dengan Rp16.400/US$ usai breakout support terkuat.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp16.150/US$ dan selanjutnya Rp16.100/US$ sebagai resistance potensial.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 9 Januari 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

-- update analisis teknikal.

(rui)

No more pages