Logo Bloomberg Technoz

Adapun, GRR Tuban juga merupakan proyek kilang raksasa dengan investasi Rp238,25 triliun dengan rencana kapasitas pengolahan minyak mentah sebanyak 300.000 bph. Proyek ini digarap Pertamina bersama Roseneft Singapore Pte Ltd.

Sayangnya, Rosneft hingga kini tidak memberikan kepastian soal keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) di proyek GRR Tuban, usai industri migas Rusia terpapar sanksi Barat pascainvasi ke Ukraina pada 2022. 

Pabrik biodiesel./Bloomberg-Qilai Shen

Pengurangan Bertahap

Kedua, Indonesia harus mengurangi impor solar secara bertahap dan tidak drastis, meski B50 diberlakukan. 

“Alih-alih langsung menggantikan penggunaan solar dengan B50, peningkatan bertahap seperti [dari B40 ke] B45 sebenarnya lebih realistis untuk diimplementasikan,” ujarnya.

Ketiga, Indonesia tetap harus mendorong diversifikasi energi, dengan mempercepat adopsi bahan bakar alternatif seperti gas alam terkompresi atau compressed natural gas (CNG), gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG), serta kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

“Janji untuk tidak impor solar lagi pada 2026 sangat sulit terealisasi dengan implementasi B50. Kecuali ada lonjakan produksi domestik CPO dan kapasitas kilang, saat ini pun belum terlihat progresnya signifikan,” kata Akhmad.

Akhmad menambahkan total konsumsi solar Indonesia saat ini sekitar 35—40 juta kl per tahun. Bahkan jika biodiesel B50 diterapkan tahun depan, masih ada sekitar 50% porsi bahan bakar yang berasal dari minyak bumi. 

“Menggantikan [solar dengan biodiesel] sepenuhnya masih sangat costly, dan fasilitas kita masih belum capable,” ujarnya.

Konsumsi solar vs. biodiesel di Indonesia./dok. BMI

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan pemerintah akan meningkatkan mandatori biodiesel menjadi berbasis sawit 50% atau B50. Implementasi B50 itu ditargetkan berlangsung mulai 2026.

"Kalau ini berjalan baik [B40], atas arahan Presiden Prabowo, kita akan mendorong implementasi B50 pada 2026 dan kalau ini kita lakukan, maka impor kita terhadap solar, insyallah dipastikan sudah tidak ada lagi pada 2026," ujarnya.

Permintaan Solar

Di sisi lain, konsumsi bahan bakar solar atau diesel di Indonesia diproyeksikan menurun 3,7% pada 2025; di tengah upaya pemerintah untuk memacu dekarbonisasi di sektor industri transportasi, pertambangan, hingga pembangkit listrik melalui program biodiesel.

BMI—lengan riset dari Fitch Solutions, bagian dari Fitch Group — menyebut konsumsi solar di Indonesia masih ditopang oleh sektor transportasi, dengan pertumbuhan permintaan rata-rata 5,3% per tahun antara 2015—2023.

Hal itu sejalan dengan peningkatan kepemilikan kendaraan dan perluasan armada oleh perusahaan-perusahaan transportasi pada periode tersebut. Kontribusi sektor transportasi terhadap pasar solar di Tanah Air pun meningkat dari 74% pada 2015 menjadi 88% per akhir 2023.

Namun, pertumbuhan permintaan solar khusus untuk sektor transportasi jalan raya terus melambat menjadi 4,5% pada 2023, dibandingkan dengan 10,2% pada 2022, dan 10,4% pada 2021.

“Target dekarbonisasi untuk peralihan bahan bakar di sektor transportasi jalan raya sangat ambisius di Indonesia dan akan menghasilkan pengurangan besar dalam konsumsi bahan bakar diesel,” papar tim peneliti BMI dalam laporan yang dilansir bulan lalu.

Kondisi tersebut berbanding lurus dengan mulai maraknya alat transportasi jalan raya yang beralih menggunakan kendaraan listrik, meski adopsi EV di industri ini masih dalam tahap awal.

Selain itu, lanjut BMI, peningkatan efisiensi energi dan adopsi teknologi yang lebih bersih di berbagai sektor industri berpotensi meredam pertumbuhan permintaan solar.

“Pertumbuhan permintaan solar Indonesia diproyeksikan melambat menjadi 3,9% pada 2024 dan turun lebih jauh menjadi 3,7% pada 2025,” kata lembaga tersebut.

Menurut catatan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), realisasi konsumsi solar di Indonesia pada 2022 mencapai 17,61 juta kl, sebelum menurun menjadi 17,57 juta kl pada 2023.

Pada 2024, permintaan solar diperkirakan mencapai 17,68 juta kl dari kuota Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebanyak 19 juta kl. Namun, sampai dengan Juli, realisasinya baru 9,99 juta kl.

Sementara itu, dalam APBN 2025, kuota solar disiapkan sebanyak 18,89 juta kl, berkurang  dari pagu 2024.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages