Logo Bloomberg Technoz

Bagaimanapun, Akhmad tidak memungkiri implementasi B50 memang berpotensi mereduksi secara bertahap impor solar Indonesia. Namun, perlu dicatat, kapasitas produksi biodiesel di dalam negeri juga masih belum optimal. 

Menurut catatan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), kapasitas produksi biodiesel Indonesia saat ini mencapai sekitar 19,96 juta kl per tahun yang diproduksi oleh 34 perusahaan. 

Untuk memenuhi kebutuhan B50 demi menggantikan impor solar, kata Akhmad, dibutuhkan kapasitas produksi pabrik yang lebih besar dibandingkan dengan B40.

“Saat ini, fasilitas dan kapasitas produksi biodiesel Indonesia masih butuh peningkatan, terutama penyesuaian fasilitas pencampuran dan distribusi di berbagai wilayah. Logistik bahan bakar biodiesel Indonesia menghadapi tantangan, khususnya di daerah terpencil atau luar Jawa,” tuturnya.

“Dengan demikian, target 2026 tidak impor solar merupakan target yang ambisius.”

Konsumsi solar di Indonesia./dok. BMI

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan meningkatkan mandatori biodiesel menjadi berbasis sawit 50% atau B50. Implementasi B50 itu ditargetkan berlangsung mulai 2026.

"Kalau ini berjalan baik [B40], atas arahan Presiden Prabowo, kita akan mendorong implementasi B50 pada 2026 dan kalau ini kita lakukan, maka impor kita terhadap solar, insyallah dipastikan sudah tidak ada lagi pada 2026," ujarnya.

Bahlil mengatakan, program mandatori biodiesel merupakan bagian dari Perintah Presiden Prabowo untuk meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi impor.

Prabowo sendiri di acara Qatar Economic Forum medio tahun lalu menyebut Indonesia mengimpor solar rata-rata senilai US$20 miliar per tahun (atau sekitar Rp323,69 triliun asumsi kurs saat ini). Untuk itu, dia berambisi memacu produksi biofuel di dalam negeri guna menekan impor solar.

Dalam sebuah kesempatan, akhir November, Bahlil mengatakan Indonesia akan membangun pabrik bahan baku biodiesel dengan nilai investasi US$1,2 miliar (sekitar Rp19,02 triliun) untuk menekan impor metanol.

Pabrik tersebut, kata Bahlil, akan berlokasi di Bojonegoro, Jawa Timur. Menurut berbagai sumber, pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 800.000 ton metanol per tahun.

Fasilitas tersebut sekaligus dirancang untuk menopang rencana pemerintah mengebut pengembangan biodiesel B50 agar Indonesia bisa terbebas dari impor solar.

“Karena 80% metanol sebagai campuran daripada biodiesel itu kita impor. Jadi kita akan bangun satunya di Bojonegoro dengan industri kurang lebih sekitar US$1,2 miliar investasinya,” kata Bahlil.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(wdh)

No more pages