Risiko RI Gabung BRICS: China Melambat & Jadi Target Proteksi AS
Redaksi
08 January 2025 12:27
Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom menilai keputusan Pemerintah Indonesia bergabung dalam aliansi BRICS tidak memberi keuntungan signifikan karena ekonomi China diproyeksi melambat. Ini terutama pasca-kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang dapat memicu proteksionisme dagang.
BRICS merupakan organisasi kerja sama ekonomi global yang namanya berasal dari akronim nama negara-negara pendirinya, yakni Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Awalnya, BRIC dibentuk pada 2006 untuk memfokuskan perhatian pada peluang investasi di antara negara-negara anggota.
Muhammad Zulfikar Rakhmat, Ekonom sekaligus Direktur China-Indonesia Desk Center of Economic and Law Studies (Celios) berpendapat bahwa ketidakpastian ekonomi global akan terus terjadi karena perang dagang antara China dan AS, terutama saat Trump mengacak stabilitas ekonomi di beberapa negara.
Menurut dia, Hal ini tentunya akan berimbas pada Indonesia. Ditambah lagi ancaman Trump pada negara anggota BRICS jika melakukan dedolarisasi. Sebagai informasi, dedolarisasi merupakan sebuah langkah untuk memutus ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan internasional
“Reaksi Trump perlu untuk diwaspadai, karena dia merupakan salah satu pemimpin yang membuktikan ucapannya. Jika, US memberlakukan tarif 100% pada negara anggota BRICS, tentu Indonesia akan terkena imbas dari kebijakan tersebut," kata Zulfikar, Rabu (8/1/2025).