Logo Bloomberg Technoz

RI Masuk BRICS, Kerja Sama Mineral Kritis dengan AS Rawan Gugur

Redaksi
08 January 2025 13:10

Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston
Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston

Bloomberg Technoz, Jakarta – Upaya kerja sama mineral kritis dengan Amerika Serikat (AS) melalui Critical Mineral Agreement (CMA) dinilai rawan makin terkatung-katung, setelah Indonesia memutuskan untuk bergabung ke dalam BRICS.

Peneliti Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) Muhammad Habib mengatakan negosiasi mineral kritis Indonesia dengan AS memang sudah “kecil harapannya”, bahkan sejak sebelum presiden terpilih Donald Trump menjabat.

“Ini dikarenakan beberapa faktor. Mood di Washington tentang CMA atau kesepakatan perdagangan dengan negara manapun memang masih suram. Baik itu dari Republikan maupun Demokrat,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (8/1/2025).

Apalagi, upaya Indonesia mendiversifikasi sumber investasi asing di rantai pasok mineral logam serta meningkatkan tata kelola antikorupsi dan standar lingkungan serta sosial ketenagakerjaan dinilai masih belum cukup meyakinkann di mata AS. 

Tren peningkatan restriksi dagang komoditas mineral kritis./Sumber: Bloomberg

Kini, kata Habib, kans Indonesia untuk melanjutkan pakta mineral kritis dengan Negeri Paman Sam makin menipis lantaran Trump sudah mengancam bakal menerapkan tarif 100% terhadap produk-produk dari negara anggota BRICS (yang tadinya hanya Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).