Di sisi lain, sektor manufaktur juga tengah mempersiapkan penurunan produksi. Dia menyebut pesanan yang sudah diterima dan pesanan mendatang nantinya akan menggunakan stok barang yang telah ada.
“Kalau order baru diterapkan dengan biaya produksi, harga selangit maka buyer pasti kabur. Begitu buyer kabur, maka sangat sulit untuk menarik kembali,” tutur dia.
Harga Mahal
Di sisi lain, AKLP juga mengeluhkan harga gas regasifikasi yang ditetapkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN sebesar US$16,77/million british thermal units (MMBtu) terlalu mahal bagi pelaku industri.
“Sekarang, PGN terapkan harga selangit, US$16,77/MMBTU, padahal HGBT US$6,5/MMBTU,” imbuh Yustinus.
Menurutnya, penetapan harga gas baru tersebut dapat berdampak pada anjloknya kinerja pada seluruh sektor manufaktur termasuk industri kaca. “Sektor kaca juga akan turun kinerja dan terdampak harga [gas] baru,” ucap dia.
Dia menyayangkan kepastian HGBT tak kunjung usai, padahal pada Juli 2024 Prabowo menyatakan HGBT akan dilanjutkan tahun ini.
“Meski PGN membonsai pertumbuhan manufaktur dengan menerapkan kuota/AGIT [alokasi gas industri tertentu] yang jauh lebih rendah daripada alokasi dalam Kepmen ESDM,” ucapnya.
Akan Dikurangi
Di tempat terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan sinyal untuk mengurangi jumlah penerima program HGBT pada 2025. Kementeriannya saat ini masih mengevaluasi program tersebut sehingga belum bisa diputuskan.
“Saya baru selesai rapat, dan masih kita exercise [uji coba] lagi, karena dari 20 item industri yang dapat HGBT, kami sekarang lagi evaluasi, sebab HGBT itu kan tujuannya adalah untuk memberikan sebuah nilai bisnis yang masuk,” kata Bahlil usai konferensi pers di Kantor BPH Migas, Selasa (7/1/2025).
Bahlil menjelaskan sejumlah perusahaan dengan tingkat pengembalian modal usaha atau internal rate of return (IRR) bagus, maka Kementerian ESDM akan mempertimbangan untuk mengeluarkan perusahaan tersebut dalam daftar penerima HGBT.
“Akan tetapi, kalau yang masih membutuhkan, dan kita lihat IRR-nya belum bagus, itu tetap kita pertahankan [dapat HGBT],” tutur Bahlil.
Bahlil menegaskan sejumlahlah penerima HGBT tersebut masih dibahas sehingga belum ada keputusan final. Kondisi ini membuat pemerintah belum membuat keputusan dan memastikan akan memperpanjang program apakah program HGBT akan diteruskan pada 2025 atau tidak.
Saat ditanya kapan kepastian akan diumumkan program HGBT tersebut Bahlil belum bisa memastikannya. Di sisi lain, sejumlah industri meminta keputusan HGBT bisa diumumkan sebelum Ramadan atau pada Februari.
“Ya saya sebagai mantan pengusaha kan boleh saja memohon kan. Ya memohon kita pertimbangkan permohonan itu,” ujarnya.
Kebijakan HGBT sedianya tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No. 91/2023. Lalu, Peraturan Presiden (Perpres) No. 121/2020 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.
HGBT ditentukan serendah US$6/MMBtu untuk 7 sektor industri yang mencakup industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet, yang berlaku hingga pengujung tahun ini.
(mfd/wdh)