Febrio mengatakan, laporan inflasi dari sisi daya beli merupakan momentum yang harus dipertahankan, seiring dengan target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
BPS mengungkapkan tingkat inflasi Desember 2024 sebesar 1,57% (year-to-date/ytd), yang merupakan inflasi terendah sepanjang sejarah di Indonesia, utamanya terjadi karena penurunan harga pangan pokok.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan harga pangan pokok mengalami penurunan setelah sempat naik pada 2022 dan 2023.
"Rendahnya inflasi pada 2024 disebabkan oleh sejumlah faktor, tetapi melandainya harga pangan pokok setelah sempat naik pada 2022 dan 2023 bisa dikatakan menjadi faktor utama," ujar Pudji dalam Konferensi Pers Indeks Harga Konsumsi (IHK) Desember 2024, Kamis (2/1/2025).
Sementara, kalangan ekonom menilai inflasi yang rendah dipengaruhi oleh turunnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah di tengah ketidakpastian arah kebijakan pemerintah, khususnya dinamika rencana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12%.
Peneliti Institute for Demographic and Affluence Studies atau IDEAS Tira Mutiara mengatakan penurunan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, terlihat dari data konsumsi rumah tangga.
"Sejak kuartal IV 2023, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selalu lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi," kata Tira dalam siaran pers, Jumat (03/1/2024).
Mengutip data BPS, kata Tira, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal IV 2023. Sementara, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,46% (YoY).
Tren ini berlanjut pada kuartal I 2024 dengan pertumbuhan ekonomi 5,11% (YoY) dan konsumsi rumah tangga 4,91% (YoY).
Pada Kuartal II dan III 2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga stagnan di angka 4,91% YoY, di bawah pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 5,05% dan 4,95% YoY.
"Selain itu, penurunan konsumsi juga terlihat pada Indeks Keyakinan Konsumen [IKK] juga menunjukkan penurunan. Pada Juni 2024, IKK tercatat sebesar 123,3, lebih rendah dari Mei 2024 yang sebesar 125,2," ungkap Tira.
(dov)