Menyitir laman resminya, Bukalapak didirikan pada 2010 oleh beberapa orang entrepreneur yakni Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid.
Bukalapak semula berdiri sebagai marketplace untuk memfasilitasi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagai bagian dari membuat ekonomi yang berkeadilan dan merata.
Hingga 2020, perusahaan terus mengalami perkembangan dan menjadi salah satu perusahaan start-up teknologi besar all commerce di Indonesia, dan berpengaruh terhadap penetrasi UMKM warung di Indonesia.
Bukalapak juga melakukan ekspansi bisnis dengan menyediakan berbagai layanan dan produk tambahan seperti layanan logistik melalu bukasend hingga keuangan digital seperti bmoney.
Saat ini, perseroan juga telah memiliki lebih dari 100 juta pengguna layanan dan sebanyak 13,5 juta UMKM di Indonesia, terbilang menyusut dari laporan per Mei 2023 lalu. Pada saat itu, perseroan melaporkan pengguna mencapai 130 juta dan 16,8 juta mitra UMKM.
IPO Terbesar
Jauh sebelum Bukalapak tutup, Pada 2021, perusahaan memutuskan untuk melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakumulasi dana mencapai US$1,5 miliar, atau hampir Rp22 triliun (dengan asumsi kurs rupiah pada saat itu).
Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya sebesar 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO, dengan harga penawaran Rp750-850.
IPO tersebut juga sekaligus menjadi akumulasi dana terbesar sepanjang sejarah bursa saham di Indonesia, sekaligus IPO pertama perusahaan startup unicorn di kawasan Asia Tenggara.
Hanya saja, usai melantai di Bursa, kinerja perusahaan tercatat mengalami penurunan drastis, dengan kinerja keuangan yang negatif dan anjloknya harga saham.
Keadaan itu juga membuat gonjang-ganjing perombakan manajemen. Tercatat, sejumlah pendiri awal perusahaan hengkang, seperti Achmad Zaky yang mengundurkan diri pada 2020, digantikan oleh Rachmat Kaimuddin.
Tak berselang lama, Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid juga menyusul mengundurkan diri, yang membuat adanya perubahan strategi perseroan.
Usai sekitar satu tahun menjabat sebagai CEO bukalapak, Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri, dan beralih karir di lingkungan pemerintahan. Dia digantikan oleh Willix Halim, yang semula COO perusahaan.
(dhf)