Di negara-negara maju, peran batu bara sudah kian tergerus. Di Inggris, misalnya, angin sudah menjadi sumber energi utama pembangkit listrik.
“Untuk kali pertama, angin menjadi sumber energi listrik terbesar pada 2024 dengan porsi 30%,” sebut keterangan National Energy System Operator (NESO).
Inggris memiliki hampir 15 gigawatt pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai. Pada 2030, ditargetkan angkanya bisa mencapai 60 gigawatt.
Tahun lalu, Inggris sudah menutup pembangkit listrik batu bara terakhir mereka. Sebelum ditutup, batu bara pun hanya menyumbang 0,6% dari total bauran energi (energy mix).
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara terbenam di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 9,78.
RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Bahkan jika di bawah 30, maka artinya sudah jenuh jual (oversold).
Sementara indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Paling kecil, sudah sangat jenuh jual.
Dengan demikian, sebenarnya harga batu bara berpeluang bangkit. Cermati pivot point di US$ 121/ton. Jika tertembus, maka Moving Average (MA) 5 di US$ 122/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 139/ton yang merupakan MA 100.
Adapun target support ada di US$ 109/ton. Penembusan di titik ini berisiko membawa harga batu bara turun lagi menuju US$ 107/ton.
(aji)