Pada April 2023, IKE ada di 116,6. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 113,1 dan jadi yang tertinggi sejak Juni 2022.
Kemudian IEK pada April 2023 tercatat 135,5. Naik dari bulan sebelumnya yang 133,5 dan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2022.
Konsumen Kurangi Belanja
Meski keyakinan meningkat, ada tendensi konsumen malah mengerem belanja. Pada April 2023, rasio pendapatan yang dibelanjakan (average propensity to consume) ada di 75,2%. Turun dari bulan sebelumnya yang 75,7%.
Momentum Ramadan-Idul Fitri kurang mampu mendongrak minat belanja masyarakat. Terlihat dari inflasi yang relatif rendah, pada April tercatat 4,33% year-on-year (yoy). Terendah sejak Mei tahun lalu.
Inflasi inti (yang mengukur daya beli) juga melandai. Pada April, inflasi inti ada di 2,83% yoy, terendah sejak Juni 2022.
Di sisi lain, konsumen malah menambah tabungan. Pada April 2023, porsi pendapatan yang ditabung adalah 16,4%, naik dari bulan sebelumnya yang 15,5%.
Sepertinya kenaikan bunga simpanan perbankan membuat konsumen tergoda untuk menabung. Pada April, rata-rata suku bunga simpanan 12 bulan ada di 6,9%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang 6,6%.
Konsumsi Bakal Bangkit
Meski demikian, sejumlah ekonom meyakini bahwa konsumsi domestik tetap kuat. Pada semester II-2023, konsumsi diyakini tumbuh sehat karena dorongan belanja terkait Pemilu.
Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menilai ekonomi Indonesia tetap kuat meski ada ancaman stagflasi di negara-negara lain. Dia memperkirakan konsumsi akan mengalami rebound pada paruh kedua tahun ini.
“Kami masih memperkirakan belanja Pemilu akan mendukung konsumsi domestik,” sebut Satria dalam laporannya.
Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, berpendapat senada. Menurunya, inflasi yang rendah justru akan mendorong konsumsi.
“Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2023 akan dibantu oleh inflasi yang terkendali. Pencabutan PPKM juga akan meningkatkan mobilitas dan permintaan,” katanya.
(aji/dba)