Bursa Asia Diprediksi Lesu, Tekanan Inflasi Bayangi Pasar Global
News
08 January 2025 06:30
Rob Verdonck - Bloomberg News
Bloomberg, Bursa saham di Asia diperkirakan mengikuti penurunan bursa AS setelah aksi jual pada obligasi negara AS (Treasury) semakin dalam. Investor semakin yakin bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) tidak akan menurunkan suku bunga lagi sebelum Juli 2025 karena risiko inflasi yang terus menguat.
Kontrak berjangka menunjukkan penurunan di Tokyo, Hong Kong, dan Sydney. Sebelumnya, indeks S&P 500 turun lebih dari 1% menyusul laporan sektor jasa AS yang menunjukkan kenaikan harga tertinggi sejak awal 2023. Penurunan tajam juga terjadi pada saham teknologi besar, dengan Nvidia Corp.anjlok lebih dari 6% setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Obligasi pemerintah AS tertekan di seluruh tenor, sementara lelang obligasi 10 tahun senilai US$39 miliar mencatatkan imbal hasil tertinggi sejak 2007.
“Naiknya imbal hasil bukan masalah besar bagi saham, kecuali jika ekonomi mulai melemah. Ketika itu terjadi, semua prediksi bisa berubah,” kata Kenny Polcari dari SlateStone Wealth. “Namun, kenaikan imbal hasil akan menjadi masalah jika inflasi kembali memburuk.”
Trader yang pada akhir September masih memperkirakan pemotongan suku bunga Fed pada Maret kini membatalkan prediksi tersebut, menggeser ekspektasi pemotongan hingga paruh kedua tahun depan. Data lain pada Selasa (07/01/2025) menunjukkan pembukaan lapangan kerja di AS naik ke level tertinggi enam bulan pada November, terutama di sektor jasa bisnis, meskipun sektor lain menunjukkan permintaan tenaga kerja yang bervariasi.