Logo Bloomberg Technoz

Isu Gagal Bayar Utang Amerika Bisa Gerogoti Keyakinan Konsumen

Ruisa Khoiriyah
09 May 2023 12:00

Pekerja melihat kereta kontainer kargo di terminal kereta Union Pacific Intermodal di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat. (George Frey/Bloomberg)
Pekerja melihat kereta kontainer kargo di terminal kereta Union Pacific Intermodal di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat. (George Frey/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sampai saat ini polemik utang Amerika yang terancam gagal bayar bila batas pagu utang (debt ceiling) tidak berhasil disepakati untuk naik, masih memanas. 

Ancaman gagal bayar utang dari negara dengan perekonomian sebesar Amerika tentu saja menjadi isu dunia. Maklum, ada banyak negara yang sejauh ini tercatat sebagai kreditur alias pemegang surat utang (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah AS.

Mengacu pada data yang pernah dirilis oleh Kementerian Keuangan AS (US Treasury), Jepang, China dan Inggris adalah tiga negara kreditur utama Amerika dengan kepemilikan obligasi US Treasury bernilai sangat besar. Yaitu, masing-masing sebesar US$ 1.104,4 miliar dan US$ 859,4 miliar lalu US$ 668,3 miliar.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Senin malam, menilai, polemik terkait debt ceiling AS sejauh ini belum berdampak apa-apa terhadap pasar keuangan dalam negeri. Itu terindikasi dari tingkat yield obligasi negara (SUN/INDOGB) yang masih stabil di kisaran 6,5% saat ini.

Terancam Gagal Bayar, Ini 15 Negara Pemberi Utang AS Terbesar (Infografis/Bloomberg Technoz)

“AS sebenarnya bisa bayar utangnya kalau debt ceiling dibuka, tapi untuk membuka debt ceiling ada dinamika politiknya,” jelas Sri.