Logo Bloomberg Technoz

Jepang melakukan tiga kali peluncuran pada tahun 2023, kata Interstellar dalam pernyataannya. Hal ini menyisakan banyak ruang untuk perbaikan sebelum mencapai tujuannya meluncurkan 30 kali setiap tahun pada paruh pertama tahun 2030-an.

Jepang akan membutuhkan "transformasi struktural industri luar angkasa dalam negeri" untuk memenuhi janji tersebut, kata Interstellar. Perusahaan ini bertujuan "memanfaatkan keahlian industri otomotif, termasuk metode produksi Toyota, untuk mengubah produksi roket menjadi proses yang berkualitas tinggi, hemat biaya, dan dapat diskalakan," ungkapnya.

Akio Toyoda, Presdir Toyota Motor Corp, berbicara selama acara CES 2025 di Las Vegas, Nevada, AS, Senin 6 Januari 2025. (Bridget Bennett/Bloomberg)

Presiden Direktur Toyota, Akio Toyoda menyinggung investasi itu dalam pidatonya di CES di Las Vegas pada Senin (6/1/2025), mengatakan bahwa minat perusahaannya pada roket merupakan bagian dari upaya untuk berinovasi lebih luas di bidang transportasi.

Ia juga mengatakan Toyota berharap dapat bersaing dengan Space Exploration Technologies Corp, yang lebih dikenal dengan nama SpaceX, perusahaan saudara Tesla Inc milik Musk.

"Masa depan mobilitas seharusnya tidak terbatas hanya pada mobil. Atau hanya satu perusahaan mobil saja," kata Toyoda.

Toyota mulai bekerja sama dengan Japan Aerospace Exploration Agency atau JAXA pada tahun 2019 untuk membuat wahana penjelajah bulan yang akan digunakan sebagai bagian dari program Artemis NASA untuk mengembalikan astronot ke bulan.

Para astronot akan bisa berkendara tanpa pakaian antariksa di wahana penjelajah Toyota dan menjelajahi permukaan bulan untuk waktu yang lebih lama, kata Departemen Luar Negeri AS pada April setelah kedua pemerintah menandatangani perjanjian pembuatan wahana tersebut.

Bagi Toyota, kesepakatan dengan Interstellar merupakan salah satu langkah kecil bagi banyak perusahaan yang ingin memanfaatkan meningkatnya permintaan terhadap pesawat antariksa yang mampu membawa satelit ke orbit.

Pemerintah Jepang pada November mulai mengumumkan penerima dana strategisnya, yang akan menyalurkan ¥1 triliun selama dekade berikutnya pada berbagai perusahaan rintisan, produsen, dan lembaga penelitian.

Meskipun perusahaan-perusahaan Jepang dipuji atas satelit dan instrumen presisi mereka yang digunakan untuk mengumpulkan data di orbit Bumi yang rendah, kondisi geografis negara ini masih jauh dari ideal untuk membangun jaringan fasilitas peluncuran yang luas.

Roket komersial pertama Jepang yang diluncurkan dari landasan peluncuran komersial pertamanya pada Desember gagal untuk kedua kalinya dalam perjalanan perdananya.

Kesalahan fatal Space One Co memberikan pukulan telak bagi ambisi Jepang, dan menjadi pengingat bahwa upaya mencapai orbit bukanlah hal yang mudah.

"Ini adalah cara lain untuk memperluas mobilitas di darat, laut, dan udara," ujar Hajime Kumabe, CEO Woven, kepada wartawan di CES di Las Vegas. "Keahlian pengerjaan kami akan menjadi aset bagi produksi roket Interstellar."

(bbn)

No more pages