Logo Bloomberg Technoz

Belakangan ini, ancaman “tarif universal” Trump telah membebani pasar logam. Para analis memperingatkan rencana Trump dapat memicu inflasi di AS dan memperburuk perlambatan ekonomi industri China, yang notabene konsumen terbesar logam dunia.

Sebaliknya, para pembantu Trump membahas tarif yang ditargetkan di sektor-sektor tempat Trump ingin meningkatkan produksi dalam negeri; termasuk pertahanan, pasokan medis, dan energi, kata surat kabar itu.

Dolar AS jatuh menyusul laporan tersebut, memberikan dukungan bagi harga logam dengan meningkatkan daya beli bagi importir komoditas di negara-negara seperti China.

Aluminium bergerak sedikit lebih tinggi, setelah sebelumnya merosot ke level terendah dalam tiga bulan, di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut bahwa eskalasi ketegangan perdagangan selama masa jabatan kedua Trump akan makin menekan mata uang China.

Di sisi lain, China menetapkan nilai tukar referensi hariannya lebih kuat dari batas 7,2 yuan per dolar pada Senin, menegaskan kembali dukungannya terhadap mata uang tersebut setelah penurunan pekan lalu memicu spekulasi bahwa para pembuat kebijakan akan membiarkannya terdepresiasi lebih cepat.

Produksi tembaga naik lagi di pemasok teratas dunia. (Bloomberg)

Outlook Bearish

Memasuki 2025, berbagai lembaga dunia mengestimasikan pasar tembaga mengalami kesulitan di tengah rencana tambahan tarif perdagangan AS dari pemerintahan Trump, serta risiko ekonomi di China yang membebani konsumsi dan harga komoditas mineral logam penting itu.

Tembaga—yang secara luas dianggap sebagai barometer ekonomi global — diperkirakan mencapai rata-rata US$8.750 per ton pada 2025, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar US$10.250, tulis analis Citigroup Inc yang dipimpin oleh Max Layton dalam sebuah catatan, yang dikutip Bloomberg.

Lingkungan moneter yang ketat di negara-negara maju, serta pelonggaran dukungan kebijakan untuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), juga akan menunda pemulihan aktivitas manufaktur global setelah 2025, kata mereka.

Tembaga telah kehilangan sekitar seperlima nilainya sejak mencapai rekor pada Mei 2024, karena kekhawatiran atas permintaan China dan dolar AS yang lebih kuat.

“Akan ada pasar tembaga olahan yang seimbang tahun depan," kata para analis, melihat konsumsi datar dari segmen permintaan siklus dan pertumbuhan penggunaan dekarbonisasi yang secara luas diimbangi oleh pertumbuhan pasokan tambang di bawah tren tahun ini.

Harga mungkin naik menjadi US$10.000 pada 2026 karena aktivitas manufaktur global akhirnya merespons pelonggaran moneter, mereka menambahkan.

Citi juga memangkas perkiraan untuk logam lainnya, dengan prospek aluminium pada 2025 berkurang sekitar 4% menjadi US$2.640 per ton dan seng berkurang sekitar 5% menjadi US$2.800.

Di sisi lain, Bank Dunia atau World Bank sebelumnya memproyeksikan harga tembaga turun 9% secara anual pada 2026 karena pertumbuhan pasokan yang lebih kuat.

Bank Dunia dalam laporan Commodity Market Outlok teranyarnya memaparkan penurunan harga bakal terjadi setelah proyeksi kenaikan 9% pada 2024 dan proyeksi pertumbuhan tipis 1% pada 2025, didukung oleh pertumbuhan permintaan yang stabil.

"Pada 2026, harga tembaga diproyeksikan turun sebesar 9% karena pertumbuhan pasokan yang lebih kuat. Namun, harga diperkirakan tetap lebih tinggi 50% di atas rata-rata periode 2015—2019 selama dua tahun ke depan," tulis tim peneliti Bank Dunia dalam laporannya, medio bulan lalu.

Bank Dunia mencatat rerata harga tembaga berada di level US$8.444/ton pada Januari—Maret 2024. Harganya sempat menguat ke level US$9.751/ton pada April—Juni 2024 dan melemah ke level US$9.198/ton pada Juli—September 2024. 

Menurut Bank Dunia, harga tembaga turun 6% secara quarter to quarter (qtq) pada kuartal III-2024 karena tanda-tanda perlambatan aktivitas industri di beberapa negara ekonomi utama, dengan kenaikan harga baru-baru ini yang didukung oleh langkah-langkah stimulus di China juga terbukti berumur pendek.

Kekhawatiran pasokan, termasuk reli spekulatif pada akhir Mei tahun lalu yang mendorong harga mendekati level tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal II-2024, telah mereda karena peningkatan produksi dari produsen utama termasuk Cile, menyusul penyelesaian perselisihan perburuhan di tambang tembaga terbesar di dunia.

(wdh)

No more pages