Logo Bloomberg Technoz

Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, sebagian besar mata uang Asia dibuka melemah dipimpin oleh won Korsel yang turun 0,30%, yen 0,19%, dolar Singapura 9,07%, baht Thailand 0,04% dan yuan offshore 0,04%.

Pelaku pasar hari ini akan cenderung waspada mendapati berbagai kabar dan pernyataan terbaru para pembuat kebijakan global yang bisa berdampak besar pada pergerakan harga aset.

Presiden terpilih AS Donald Trump menegaskan lagi rencana kebijakan tarif impor tinggi pada negara-negara mitra dagang utama seperti China dan negara lain. Pernyataan Trump membantah laporan Washington Post yang menyebut para staf Trump menimbang untuk mempersempit rencana tarif sehingga hanya berlaku pada beberapa impor barang penting saja.

“Laporan di Washington Post, yang mengutip sumber anonim yang sebenarnya tidak ada, salah menyatakan bahwa kebijakan tarif saya akan dikurangi. Itu keliru,” tulis Trump dalam unggahan di Truth Social, Senin (06/01/2025).

Presiden terpilih Donald Trump dengan topi merah bertulisan 'Make America Great Again'. (Bloomberg)

Menurut Washington Post, tim Trump sedang membahas penerapan tarif pada beberapa barang dari semua negara, tetapi fokusnya akan terbatas pada barang yang dianggap berkaitan dengan keamanan nasional atau ekonomi. Laporan ini mengutip tiga orang yang mengetahui diskusi tersebut, tetapi identitas mereka tidak diungkapkan.

Di sisi lain, Pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden telah memutuskan memblokir penjualan United States Steel Corp kepada Nippon Steel Corp asal Jepang. Dua korporasi itu akhirnya melayangkan gugatan atas keputusan tersebut.

Dari bumi utara, pasar juga mendapati berita mengejutkan yakni mundurnya Justin Trudeau dari kursi Perdana Menteri Kanada setelah 9 tahun menduduki kekuasaan tersebut. Mundurnya Trudeau dilatarbelakangi oleh penurunan popularitasnya yang drastis dan pemberontakan internal di Partai Liberal yang ia pimpin. 

Sementara itu terkait arah kebijakan bunga acuan AS, ada pernyataan terbaru dari pejabat The Fed yang menyoroti lagi kekhawatiran akan inflasi.

Deputi Gubernur The Fed Lisa Cook, menyatakan, para pembuat kebijakan mengambil langkah lebih hati-hati dalam memotong suku bunga, mengingat ketahanan pasar tenaga kerja dan tekanan inflasi yang masih bertahan.

"Sejak September, pasar tenaga kerja menunjukkan ketahanan yang lebih baik, sementara inflasi lebih sulit dikendalikan dibandingkan asumsi saya sebelumnya," ujar Cook dalam pidato yang disiapkan untuk Konferensi Ketujuh tentang Hukum dan Makroekonomi di Ann Arbor, Michigan, Senin (06/01/2025). "Karena itu, saya rasa kita dapat melangkah lebih hati-hati dalam pemangkasan selanjutnya."

Dari dalam negeri, hari ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggelar konferensi pers untuk memaparkan hasil Rapat Dewan Komisioner OJK bulanan. 

Kementerian Keuangan RI juga dijadwalkan menggelar lelang perdana Surat Utang Negara (SUN) dengan target Rp28 triliun dan maksimal mencapai Rp42 triliun.

Menurut analisis Mega Capital Sekuritas, lelang hari ini akan diwarnai sentimen positif karena kemarin meski pergerakan harga obligasi negara cenderung bearish tapi yield tenor pendek turun cukup banyak.

"Kami melihat hal ini sebagai pertanda positif yang disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama adalah keberhasilan BI menjaga Rupiah tetap stabil di bawah level IDR 16,200 per USD di pasar spot serta forward 1-month NDF kemarin," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.

Selain itu, realisasi defisit fiskal 2024 yang lebih rendah ketimbang proyeksi Pemerintah, yakni di level 2,29% menjadi angin segar bagi pasar pendapatan tetapi. "Dengan mempertimbangkan rilis FR0106 & FR0107 di lelang hari ini, yield 10Y SUN berpotensi turun ke rentang 7,00-7,05% diikuti pergerakan flattish yield FR0103 di rentang yang sama," kata analis.

Pada perdagangan Senin kemarin, pasar keuangan domestik cenderung tertekan. IHSG anjlok 1,17%, sementara yield Surat Utang Negara masih melanjutkan kenaikan di mana tenor 10Y naik 3,7 bps pada sesi Senin sore kemarin ke 7,034% dan tenor 30Y di 7,051%. Tenor pendek 2Y turun 1,8 bps ke 6,942%, menurut data Bloomberg.

Alhasil, rupiah masih sulit menguat dan ditutup melemah tipis di Rp16.195/US$, sebagian juga karena terseret sentimen regional menyusul kejatuhan nilai rupee ke level terlemah sepanjang masa, serta pelemahan yuan Tiongkok kemarin.

Dengan pernyataan terbaru Trump pada Senin malam waktu setempat, yuan terlihat makin tertekan pagi ini. Pelemahan yuan sebagai mata uang jangkar di Asia dan posisi China sebagai mitra dagang utama RI, akan berimbas juga pada pamor rupiah hari ini.

Bank sentral China (PBOC) mengulangi lagi pernyataannya untuk mendukung yuan melalui penetapan kurs referensi lebih kuat dibanding perkiraan pasar pada Senin kemarin.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah masih akan berpotensi melemah dengan koreksi terdekat menuju level Rp16.210/US$ yang merupakan support pertama dengan target pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.250/US$.

Apabila kembali break kedua support tersebut, berpotensi melemah lanjutan menuju level Rp16.300/US$ sebagai support terkuatnya.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada level di range Rp16.150/US$ dan selanjutnya Rp16.100/US$.

Adapun rupiah sejatinya masih ada potensi penguatan optimis lanjutan ke resistance potensial ke level Rp16.000/US$ meski kian terbatas peluangnya.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 7 Januari 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages