Logo Bloomberg Technoz

RI Gagal Ambil Cuan Saat Harga LNG Mahal, Gegara Blok Masela

Redaksi
06 January 2025 14:20

Pipa-pipa kapal tanker liquefied natural gas (LNG) UMM BAB di Terminal LNG PGP Consortium Ltd. di Karachi, Pakistan. (Asim Hafeez/Bloomberg)
Pipa-pipa kapal tanker liquefied natural gas (LNG) UMM BAB di Terminal LNG PGP Consortium Ltd. di Karachi, Pakistan. (Asim Hafeez/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Indonesia dinilai sulit mengambil keuntungan maksimal saat harga gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dunia tengah meroket, imbas terhentinya penyaluran gas Rusia ke Eropa via Ukraina.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan Indonesia terlambat membenahi tata kelola hulu minyak dan gas bumi (migas), yang seharusnya sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu, tecermin dari tata kelola investasi Blok Masela.

“Kalau waktu itu enggak ada isu onshore-offshore [dalam pengelolaan gas di Blok Masela], kita sudah bisa produksi sekarang, sudah menikmati untung. Mungkin kita juga sudah ikut bantu suplai gas ke Eropa. Jadi itu missed semua akhirnya,” ujarnya, Senin (6/1/2025).

Menurut Moshe, proyek Lapangan Abadi Masela—yang diestimasikan memiliki puncak produksi  sebesar 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel kondensat per hari (BCPD) — mengalami keterlambatan produksi akibat kepentingan politis. Proyek tersebut kini ditargetkan onshore pada 2029.

Pergerakan harga LNG sampai dengan pekan pertama Januari 2025./dok. Bloomberg

“Itu diganggu banget. Nah, itu yang kita sayangkan sekali. Jadi enggak ada itu namanya onshore-offshore. Itu cuma hanya dijadikan alasan saja. Nah hal-hal seperti itu jangan sampai terjadi lagi,” tuturnya.