Logo Bloomberg Technoz

Investor memburu kontrak emas seiring risiko gagal bayar utang (default) di Amerika Serikat yang “saat ini kurang diperhatikan,” sebut Chistopher Louney, Capital Market Strategist RBC Capital, dalam risetnya, seperti dikutip dari Bloomberg News.

“Kami memperkirakan investor akan menambah kepemilikan emas,” lanjutnya.

Dolar Lesu, Emas Melaju

Pekan lalu, harga emas melesat sekitar 3%, kenaikan mingguan tertinggi sejak pertengahan Maret. Kenaikan harga emas disebabkan oleh kemungkinan bank sentral AS yang bisa saja menurunkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.

Saat ini suku bunga acuan Negeri Paman Sam ada di kisaran 5-5,25%. Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan itu adalah puncak suku bunga, tidak akan naik lagi.

Bahkan pasar menilai ada peluang The Federal Reserve/The Fed bisa menurunkan suku bunga acuan dalam rapat September mendatang. Kemungkinan penurunan 25 basis poin (bps) adalah 50,2%.

Prospek penurunan suku bunga menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Ketika dolar AS melemah, biasanya harga emas menguat.

Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat dolar AS terdepresiasi, emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas naik, harga pun terungkit.

(aji)

No more pages