Logo Bloomberg Technoz

Sri Mulyani Klaim Sudah Usaha Jaga Rupiah Pakai Fiskal

Dovana Hasiana
06 January 2025 11:59

Sri Mulyani pada Penyerahan DIPA dan TKD 2025 serta Peluncuran Katalog Elektronik Versi 6, 10 Desember 2024. (YouTube Setpres)
Sri Mulyani pada Penyerahan DIPA dan TKD 2025 serta Peluncuran Katalog Elektronik Versi 6, 10 Desember 2024. (YouTube Setpres)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim telah berupaya menjaga permintaan secara agregat demi memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada 2024. Hal ini dilakukan ketika Bank Indonesia (BI) harus menjaga stabilitas rupiah di tengah deraan penguatan dolar AS.

"Jadi APBN berupaya tetap menjaga agregat demand pada saat BI harus defense rupiah dengan kebijakan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate dari 6% ke 6,25%, dan situasi di mana FFR (fed fund rate/suku bunga acuan AS) akan menunda dan memperkecil pemotongan suku bunga," papar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN 2024, Senin (6/1/2025).

Dia menjelaskan, nilai tukar rupiah sepanjang 2024 melemah dibanding Desember 2023. Misalnya, pada April tercatat Rp15.873/US$, kemudian melemah kembali menjadi Rp16.458/US$ pada Juni. Depresiasi rupiah terus berlanjut dan menjadi makin tinggi.

Pada akhirnya, BI merespons pelemahan nilai tukar rupiah dengan kebijakan menaikkan BI Rate dari level 6% menjadi 6,25% pada April. Hal ini tentu berdampak pada ekonomi Indonesia, yakni menekan konsumsi masyarakat.

Dalam hal ini, Sri Mulyani mengklaim pemerintah telah memanfaatkan instrumen fiskal, baik dari sisi Program Perlindungan Sosial, maupun kebijakan menaikkan gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN) yang dibayar di tengah tahun. 

Artikel Terkait