Logo Bloomberg Technoz

Pekan Lalu Naik, Cek Prediksi Harga Emas Minggu Ini

Hidayat Setiaji
06 January 2025 08:20

Ilustrasi emas batangan. (Dok: Bloomberg)
Ilustrasi emas batangan. (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, JakartaHarga emas dunia turun pada perdagagan akhir pekan lalu. Bagaimana proyeksi harga sang logam mulia pekan ini?

Pada Jumat (3/1/2025), harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 2.638,3/troy ons. Melemah 0,76% dibandingkan hari sebelumnya.

Pekan lalu, perdagangan emas lebih singkat karena libur Tahun Baru. Sepanjang pekan, harga aset ini masih naik 0,67% secara point-to-point.

Harga Emas di Pasar Spot (Sumber: Bloomberg)

 Lalu bagaimana perkiraan harga emas untuk pekan ini? Apakah masih kuat menanjak atau malah terhempas?

 

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas berada di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 57,39. RSI dii atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

 

Sementara indikator Stochastic RSI ada di 9,85. Jauh di bawah 20, yang berarti sangat jenuh jual (oversold).

 

Meski bullish dan sudah oversold, tetapi sepertinya harga emas masih akan bergerak hati-hati. Sepertinya harga masih akan bergerak terbatas.

 

Target resisten terdekat ada di US$ 2.641/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.660/troy ons akan terkonfirmasi.

 

Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 2.703/troy ons.

 

Sedangkan target support terdekat adalah US$ 2.619/troy ons. Penembusan di titik ini berisiko menyebabkan harga emas melorot ke arah US$ 2.604/troy ons.

 

Target paling pesimistis atau support terjauh adalah US$ 2.565/troy ons.

 

Penyebab Perlambatan Laju Harga Emas

 

Faktor utama yang akan menjadi beban bagi gerak harga emas adalah perkembangan nilai tukar mata uang Dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Negeri Adidaya sedang dalam tren menguat,

 

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadpaan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,85%. Dalam sebulan terakhir, apresiasinya mencapai nyaris 3%.

Emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Saat dolar AS terapresiasi, maka emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.

 

Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden menjadi ‘obat kuat’ bagi dolar AS. Trump diperkirakan bakal menerapkan kebijakan luar negeri yang agresif, dengan kenaikan tarif bea masuk bagi impor dari berbagai negara.

 

Jika ini diterapkan, maka harga barang dan jasa di Negeri Adikuasa akan naik. Akibatnya, tekanan inflasi akan kian berat.

 

Saat inflasi meninggi, maka akan sulit bagi bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan lebih jauh. Tahun lalu, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat menurunkan suku bunga acuan sebanyak 100 basis poin (bps).

 

Tahun ini, sepertinya penurunan Federal Funds Rate tidak akan sedalam itu. Mengutip dot plot terakhir, sepertinya The Fed hanya akan memangkas suku bunga acuan 50 bps.

 

Emas juga berstatus sebagai non-yielding asset alias aset yang tidak memberikan imbal hasil. Ketika suku bunga masih tinggi, maka keuntungan memegang emas menjadi pudar.