"Sejarah dan kondisi saat ini menunjukkan bahwa kerja sama kami dengan Kerajaan Denmark belum berhasil menciptakan kesetaraan penuh," kata Egede.
"Sekarang saatnya bagi negara kami untuk mengambil langkah selanjutnya. Seperti negara-negara lain di dunia, kita harus berupaya menyingkirkan hambatan kerja sama — yang dapat kita gambarkan sebagai belenggu kolonialisme — dan terus melangkah maju," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa rakyat Greenland yang memutuskan kemerdekaan, tetapi tidak mengatakan kapan pemungutan suara akan diadakan.
Meskipun mayoritas dari 57.000 penduduk Greenland mendukung kemerdekaan, terdapat perbedaan pendapat mengenai waktu dan potensi dampaknya terhadap standar hidup.
Pemerintah Greenland telah dua kali menolak tawaran Trump untuk membeli pulau itu, pada tahun 2019 dan sekali lagi tahun lalu. Egede menegaskan bahwa "Greenland adalah milik kita. Kami tidak untuk dijual dan tidak akan pernah dijual."
Pidato Egede tidak menyebut nama Trump atau Amerika Serikat (AS). Ibu kota Greenland, Nuuk, lebih dekat ke New York daripada ibu kota Denmark, Kopenhagen.
Terlepas dari kekayaan sumber daya mineral, minyak, dan gas alam, ekonomi Greenland masih rapuh, sangat bergantung pada perikanan dan hibah tahunan dari Denmark. Greenland dijadwalkan akan mengadakan pemilihan parlemen sebelum 6 April 2025.
(ros)