Logo Bloomberg Technoz

Nakagawa beralih ke budidaya mangga setelah bertahun-tahun di bisnis perminyakan. Kenaikan harga minyak membuatnya berpikir untuk melihat potensi di luar bahan bakar fosil.

Dengan didikan dari petani mangga lain dari Prefektur Miyazaki, yang menyebut bisa memanen mangga saat musim dingin, Nakagawa mendirikan lahan pertanian dan perusahaan rintisan (startup) Noraworks Japan. Beberapa tahun kemudian, mangga produksinya diberi nama Hakugin no Taiyo yang artinya Mentari dalam Salju.

Rahasia Nakagawa adalah menggunakan 2 unsur alam di Hokkaido, yang terkenal dengan salju dan pemandian air panas (onsen). Dia menyimpan salju dari musim dingin dan menggunakannya saat musim panas untuk mendinginkan rumah kacanya, sehingga menunda proses pematangan buah mangga. 

Saat musim dingin, Nakagawa menggunakan air panas alami dari onsen untuk menghangatkan rumah kaca. Hasilnya, panen mangga sekitar 5.000 buah setiap musim.

Proses ini membuat mangga berkembang saat musim dingin, ketika sedikit serangga berkeliaran sehingga tidak perlu pestisida. Kelembapan udara Hokkaido yang rendah juga mengurangi penggunaan kimia untuk mencegah lumut.

Plus, panen pada musim dingin (saat petani tidak banyak pekerjaan) juga membuat pasokan pekerja lebih banyak, terutama di wilayah perdesaan.

Pendekatan ini menambah rasa nikmati di buah mangga, yang menurut Nakagawa lebih manis dari mangga biasa. Mangga produksinya juga memiliki tekstur lembut, tidak banyak serat.

Proses produksi ini menarik pelanggan dan penjual. Sejak 2014, department store Isetan menjual mangga produksi Nakagawa di Shinjuku (Tokyo) dengan harga US$ 400 atau Rp 5,88 juta. 

Harga ini membuat mangga tersebut menjadi berita dan menarik lebih banyak perhatian. Akibatnya, semakin banyak yang mencari. Situs resmi di mana pelanggan bisa memesan kerap ditulisi label “SOLD OUT” dalam huruf besar berwarna merah.

Klien Nakagawa antara chef perempuan terbaik Asia 2022, Natsuko Shoji yang menggunakan mangganya untuk membuat mango flower cake. Nakagawa juga mengirim ke luar negeri kepada peritel besar seperti City’super di Hong Kong.

Sejak saat itu, Nakagawa sudah menemukan lebih banyak manfaat dari bertani saat musim dingin. “Kami tidak menggunakan pestisida, sehingga perusahaan teh Lupicia sudah bicara kepada saya untuk menggunakan daun kami sebagai teh rasa mangga,” kata Nakagawa, sambil menepuk-nepuk pohon mangga.

Namun Nakagawa belum puas. Dia berencana mengembangkan produk tropis lain dengan metode serupa sehingga membuat Tokachi menjadi pusat produksi buah saat musim dingin dan mendorong mendorong ekonomi lokal.

Berikutnya, dia akan mencoba mengembangkan buah yang terkenal saat musim panas: persik.

“Saya suka mangga, tetapi saya lebih suka persik,” ujar Nakagawa.

(bbn)

No more pages