Logo Bloomberg Technoz

"Kemudian juga dari sisi pergerakan sektor real di mana industri manufaktur kan share-nya ke produk domestik bruto [PDB] kan paling besar," ujarnya.

"Kalau kita lihat kan hampir 18% dari industri manufaktur, 18% sampai 19%. Jadi menurut saya kita cukup optimis lah di 2025 dengan hasil angka-angka indikator makro kemarin."

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan tingkat inflasi Desember 2024 sebesar 1,57% (year-to-date/ytd), yang merupakan inflasi terendah sepanjang sejarah di Indonesia, utamanya terjadi karena penurunan harga pangan pokok.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan harga pangan pokok mengalami penurunan setelah sempat naik pada 2022 dan 2023.

"Rendahnya inflasi pada 2024 disebabkan oleh sejumlah faktor, tetapi melandainya harga pangan pokok setelah sempat naik pada 2022 dan 2023 bisa dikatakan menjadi faktor utama," ujar Pudji dalam Konferensi Pers Indeks Harga Konsumsi (IHK) Desember 2024, Kamis (2/1/2025). 

Aktivitas manufaktur Indonesia pada Desember kembali ke zona ekspansi. Kebangkitan ini terjadi setelah kontraksi 5 bulan beruntun.

Pada Kamis (2/1/2025), S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Desember adalah 51,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,6.

PMI di atas 50 menunjukkan aktivitas manufaktur berada di zona ekspansi. Sebelumnya, PMI manufaktur Tanah Air berada di area kontraksi (di bawah 50) selama 5 bulan beruntun.

"Akibat peningkatan volume produksi dan pemesanan, sektor manufaktur Indonesia kembali positif pada Desember. Di tengah kondisi yang lebih baik, optimisme terhadap masa depan terjaga dan dunia usaha kembali menambah karyawan," sebut laporan S&P Global.

Ekonom: Inflasi Rendah Akibat Daya Beli Lesu

Kalangan ekonom menilai inflasi yang rendah dipengaruhi oleh turunnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah di tengah ketidakpastian arah kebijakan pemerintah, khususnya dinamika rencana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12%.

Peneliti Institute for Demographic and Affluence Studies atau IDEAS Tira Mutiara mengatakan penurunan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, terlihat dari data konsumsi rumah tangga.

"Sejak kuartal IV 2023, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selalu lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi," kata Tira dalam siaran pers, Jumat (03/1/2024).

Mengutip data BPS, kata Tira, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal IV 2023. Sementara, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,46% (YoY).

Tren ini berlanjut pada kuartal I 2024 dengan pertumbuhan ekonomi 5,11% (YoY) dan konsumsi rumah tangga 4,91% (YoY).

Pada Kuartal II dan III 2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga stagnan di angka 4,91% YoY, di bawah pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 5,05% dan 4,95% YoY.

"Selain itu, penurunan konsumsi juga terlihat pada Indeks Keyakinan Konsumen [IKK] juga menunjukkan penurunan. Pada Juni 2024, IKK tercatat sebesar 123,3, lebih rendah dari Mei 2024 yang sebesar 125,2," ungkap Tira.

(dov/lav)

No more pages