Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Animo investor dalam lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang perdana digelar tahun 2025 pada hari ini, melesat tinggi di tengah tekanan yang masih dihadapi oleh rupiah serta lonjakan imbal hasil Surat Utang Negara.

Kembali tingginya animo investor di instrumen operasi moneter yang jadi salah satu andalan Bank Indonesia menarik modal asing masuk itu, di satu sisi bisa diharapkan sebagai sinyal optimisme minat asing yang belakangan memudar.

Namun, hal itu juga dikhawatirkan menjadi sinyal 'ancaman' bagi likuiditas di pasar surat utang negara karena investor cenderung memburu SRBI yang memberikan yield lebih tinggi.

Mengutip publikasi hasil lelang siang hari ini, nilai penawaran yang masuk dalam lelang SRBI mencapai Rp54,4 triliun. Nilai incoming bids itu melonjak 241% dibanding minat yang terukur dalam lelang SRBI akhir tahun lalu.

Para investor berbondong-bondong menyerbu SRBI tenor terpanjang 12 bulan dengan membukukan minat hingga Rp36,52 triliun. Disusul oleh SRBI tenor 6 bulan yang diminati hingga Rp16,49 triliun, dan SRBI 9 bulan yang mencatat incoming bids terkecil sebesar Rp1,38 triliun.

Bukan hanya itu, para peserta lelang juga meminta yield lebih rendah ketimbang lelang sebelumnya. Untuk seri favorit SRBI-12 bulan, yield rata-rata diminta (Weighted Average Bidding Rate) turun ke kisaran 7,29%. Padahal dalam lelang sebelumnya, permintaan bunga dari peserta lelang mencapai 7,36%.

Sedangkan untuk seri lain, permintaan bunga diskonto dari investor tidak bergerak banyak. Malahan untuk tenor 6 bulan, investor menaikkan WABR dari 7,21% menjadi 7,24%.

Minat yang tinggi dalam lelang perdana SRBI di tahun yang baru, ditambah permintaan yield yang lebih rendah, memberi keleluasaan bagi Bank Indonesia dalam menetapkan yield pemenang.

Tercatat, untuk pertama kalinya sejak 8 November, tingkat bunga diskonto SRBI diturunkan oleh Bank Indonesia. Untuk SRBI 12 bulan, BI memberikan bunga diskonto sebesar 7,26%, turun dibanding Weighted Average Winner akhir tahun lalu sebesar 7,29%.

Selain itu, BI juga terindikasi menjual lebih banyak SRBI dalam lelang kali ini. Nilai SRBI yang diterbitkan mencapai Rp15 triliun, naik hampir 10 kali lipat dibanding lelang terakhir yang cuma Rp1,28 triliun.

SRBI Menekan Pasar SUN

Lelang SRBI perdana tahun 2025 yang memberi sinyal lebih optimistis itu nyatanya masih belum banyak membantu rupiah. Rupiah sampai siang hari ini masih tertekan melemah di kisaran Rp16.225/US$, atau terdepresiasi 0,18% di tengah pergerakan mayoritas mata uang di Asia yang juga tertekan oleh the greenback.

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah masih berepisentrum dari pasar global yang cenderung suram bagi mata uang emerging market.

Selain itu, tekanan jual di pasar surat utang negara agaknya juga makin memperberat pamor rupiah. Mayoritas tingkat imbal hasil SUN terpantau naik, mengindikasikan ada tekanan jual yang melemahkan harga obligasi.

Mengacu Bloomberg, sampai perdagangan tengah hari, yield SUN 2Y masih melanjutkan kenaikan ke 7,06%. Sedangkan 5Y bertahan di 7,00%. Adapun tenor 10Y juga naik sedikit ke 7,00%.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia hingga data setelmen 24 Desember lalu, pemodal asing mencatat pembelian bersih SRBI sebesar Rp167,83 triliun, jauh lebih besar dibanding posisi net buy di Surat Berharga Negara yang 'hanya' Rp37,94 triliun dan di saham Rp15,61 triliun.

(rui/aji)

No more pages