Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah laporan ilmiah berkesimpulan panas ekstrem yang terjadi di wilayah Mediterania barat merupakan dampak dari perubahan iklim.

Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia telah menghangatkan planet ini hingga 1,2 derajat celcius sejak masa pra-industri, dan setiap tahun sejak 2015 telah menjadi rekor terpanas.

Badan meteorologi Spanyol Aemet juga mencatat suhu rata-rata di Semenanjung Iberia pada April tahun ini naik hingga 3 derajat celcius jika dibandingkan rata-rata yang terjadi pada 1991 dan 2020. Wilayah itu mengalami kenaikan suhu rata-rata mencapai 4,7 derajat celcius selama sebulan, dengan rekor suhu 38,8 celcius yang tercatat di bandara kota selatan Córdoba pada 27 April.

Gelombang panas ini terjadi di tengah kekeringan yang melanda wilayah tersebut selama dua tahun berturut-turut. April adalah bulan terkering di Spanyol sejak pencatatan dimulai pada 1961, menurut Aemet. Bulan itu juga lebih kering dari rata-rata di selatan Pegunungan Alpen, di wilayah Prancis Mediterania, Skandinavia barat laut, negara-negara Baltik, dan sebagian besar Rusia barat.

Tahun ini, suhu rata-rata diperkirakan akan tetap hangat di tengah meningkatnya kemungkinan terjadinya peristiwa El Niño menjelang paruh kedua tahun ini. Fenomena ini terjadi ketika Pasifik khatulistiwa menghangat dan bereaksi dengan atmosfer, mengganggu pola cuaca di seluruh planet.

Selama bulan April, “suhu di atas rata-rata diamati di Pasifik timur khatulistiwa, yang merupakan tanda awal untuk potensi transisi ke kondisi El Nino yang sering mengarah ke suhu global yang lebih hangat,” kata Samantha Burgess, wakil direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus. dalam sebuah pernyataan.

Sebaliknya suhu di Alaska, Mongolia, Semenanjung Arab, India, dan Australia lebih dingin dari rata-rata di bulan April. Sementara itu, AS bagian tenggara, sebagian Asia timur, Australia barat laut, dan Tanzania lebih basah dari rata-rata.

(bbn)

No more pages