Harga minyak jenis Brent turun 5,5%. Sementara harga batu bara di ICE Newcastle (Australia) drop 10,5%. Seluruh investor sepanjang pekan lalu khawatir resesi ekonomi terjadi di negara-negara maju. Imbasnya komoditas mengalami tekanan jual.
Menurut Sri Mulyani, pembukaan ekonomi China memang berdampak baik untuk dunia, juga Indonesia. Akan terjadi positif kinerja ekonomi. “Namun harus diwaspadai pelemahan ekspor kita, terkena intervensi harga komoditas,” papar dia.
Tren inflasi pada negara-negara maju, lanjut Sri Mulyani, masih tinggi. Hal ini mendorong tingkat suku bunga yang juga masih akan berada di level atas.
“Walaupun mulai turun tetapi masih di atas semuanya. Assessment [penilaian] bank sentral negara maju juga masih worry soal itu. Suku bunga masih bakal tinggi, atau setidaknya tetap bertahan di level sekarang ini,” jelasnya.
KSSK juga menyoroti geopolitik, peperangan Rusia dengan Ukraina yang belum terlihat tanda-tanda berakhir. Dari Amerika Serikat (AS) belum juga mereda perihal plafon utang pemerintah, termasuk instabilitas sistem keuangan di negeri paman sam.
“Mereka [AS] dihadapkan fiskal deficit gap dari utang, belum selesai [perselisihan] pemerintah dan senatnya. Ukraine war, dampaknya ke RRT, Ini kita harus lihat dan waspada di KSSK. Kinerja ekonomi kita pada harga komoditas akan diwaspadai,” papar dia.
Meski demikian ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 5,03% pada kuartal I-2023. Terjadi resiliensi di tengah dinamika perekonomian dunia. Pertumbuhan Indonesia tetap ditopang oleh tingginya konsumsi masyarakat, dengan sektor rumah tangga mengalami kenaikan 4,5%.
Bahkan tingkat pertumbuhan Indonesia mengalahkan China, yang tumbuh 4,5% pada periode yang sama.
“Ini mencerminkan terjaganya penguatan daya beli masyarakat yang ditopang oleh stabilitas harga di dalam negeri serta meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan keberlanjutan penciptaan lapangan kerja. Dalam hal ini, APBN berperan penting, baik sebagai shock absorber dalam meredam tekanan inflasi global maupun dalam mendorong penguatan aktivitas ekonomi,” cerita Sri Mulyani merespon rilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Secara umum, kata Sri Mulyani, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini diperkirakan masih cukup menjanjikan. Resiliensi tingkat pertumbuhan ekonomi hingga kuartal I menjadi indikasi kalau daya tahan domestik dalam menghadapi tekanan global terus membaik.
(wep)