Dihubungi terpisah, Pengamat Pendidikan Ina Liem menilai sebetulnya bukan mengajarkan pasar modal, akan tetapi yang utama dan lebih baik soal diajarkan literasi keuangan sejak dini terlebih dahulu.
"Selama ini baik orang tua maupun sekolah sering mengabaikan. Padahal ini termasuk life skill penting dalam hidup seseorang," katanya.
Menurut Ina ketika sejak dini telah diasah dan diberikan pengetahuan literasi keuangan, kelak dewasa nanti bisa menimbulkan perspektif baik untuk mengatur keuangan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pada prinsipnya, kata Ina uang harus bisa dibagi untuk kebutuhan, tabungan dan investasi.
"Jadi anak harus dibiasakan saat melihat uang misalnya Rp300 ribu, yang bisa dibelanjakan hanya Rp100 ribu misalnya. Sisanya masih ada yang harus diinvestasikan. Bentuk investasi apa saja, nah salah satunya pasar modal, dan banyak bentuk lain. Anak diajarkan mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusannya,"imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta adanya edukasi mengenai pasar modal untuk diterapkan sejak dini, yakni pada bangku sekolah dasar (SD).
"Dulu, saya diajarkan soal bursa efek itu saat tingkat mahasiswa," ujar Sri Mulyani dalam pidato pembukaan perdagangan perdana 2025 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (2/1/2025).
"Sekarang, seharusnya sudah diajarkan sejak tingkat sekolah dasar (SD)," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan, perlu keterlibatan berbagai pihak untuk merealisasikan rencana tersebut.
Pasalnya, edukasi pasar modal mulai tingkat SD perlu dirumuskan dalam kurikulum. "Sehingga, perlu dipikirkan cara penyampaian [materi] seperti apa," imbuh Sri Mulyani.
Penyampaian materi perlu disampaikan secara bertanggung jawab, agar masyarakat pada akhirnya nanti benar-benar membeli saham perusahaan yang sehat, yang berasal dari perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang baik.
(dec/spt)