Sam Kim - Bloomberg News
Bloomberg, Korea Selatan (Korsel) memangkas tajam proyeksi pertumbuhan ekonominya untuk tahun ini. Langkah ini mencerminkan dampak dari bencana darurat militer Presiden Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan dan awan mendung yang menyelimuti negara yang bergantung pada perdagangan ini akibat rencana tarif Donald Trump.
Kementerian Keuangan melihat ekonomi saat ini tumbuh 1,8% pada tahun 2025 setelah tumbuh 2,1% tahun lalu, demikian disampaikan dalam pernyataannya hari ini (2/1/2025).
Proyeksi tersebut turun dari prakiraan pertumbuhan Juli sebesar 2,2% untuk tahun lalu dan 2,6% untuk tahun 2025, dan menggarisbawahi tekanan yang dihadapi ekonomi dari konsumsi swasta yang lebih lemah dan meredanya momentum ekspor.
Menurut kementerian tersebut, ketidakpastian global merupakan salah satu risiko utama yang dihadapi Korsel, di mana permintaan cip memori berisiko terkoreksi dan persaingan di antara negara-negara yang bergantung pada ekspor semakin meningkat.
Ketidakpastian yang meningkat atas arus keluar uang ke AS dan situasi politik Korsel juga kemungkinan akan terus berlanjut.

Korsel terguncang akibat deklarasi darurat militer yang diberlakukan singkat oleh Yoon pada 3 Desember 2024. Akibatnya, Yoon dimakzulkan dan diskors dari tugasnya sebagai Presiden. Mahkamah Konstitusi akan memutuskan nasibnya.
Langkah mengejutkannya itu menjerumuskan negara ini ke dalam krisis konstitusional terburuk dalam beberapa dekade dan merusak sentimen investor.
Proyeksi pemerintah untuk tahun 2025 lebih rendah 0,1 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi Bank of Korea (BOK) pada November 2024. Gubernur Rhee Chang-yong mengatakan kepada wartawan bulan lalu bahwa bank sentral mungkin akan memangkas proyeksi pertumbuhan 2025 saat bertemu bulan depan.
BOK dan pemerintah telah berjanji akan menawarkan likuiditas tak terbatas jika diperlukan untuk membatasi dampak ekonomi dari krisis politik. Spekulasi berkembang di antara beberapa ekonom bahwa BOK akan menurunkan suku bunga acuan pada Januari, yang akan menjadi pemotongan ketiga berturut-turut sejak perubahan kebijakan pada Oktober.
Gubernur BOK Rhee Chang-yong mengatakan pada Kamis bahwa pemangkasan suku bunga yang berkelanjutan bisa menjadi sumber kecemasan karena ia berjanji memantau faktor risiko secara ketat untuk menentukan laju kebijakan moneter bank.
Ada juga kemungkinan PDB akan mengalami kontraksi pada awal tahun 2025 dan ekonomi mungkin akan tumbuh kurang dari 1,7% tahun ini, analis iM Securities Park Sang-hyun mengatakan dalam catatannya.
"Jika ekspor melambat, terutama semikonduktor, di tengah memburuknya ekonomi yang diperkirakan tidak akan membaik dalam waktu dekat, risiko penurunan pertumbuhan PDB domestik pada kuartal pertama tahun 2025 kemungkinan akan meningkat," katanya.
(bbn)