Dalam pertemuan tersebut, Rosan meyakini percepatan pembangunan pabrik BYD di Subang ini bukan hanya akan memberikan nilai tambah ekonomi, tetapi juga mendukung komitmen Indonesia dalam pengurangan emisi karbon.
"Kami meyakini tentunya selain berdampak pada pemberian nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja, namun investasi ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon pada tahun 2060, atau mungkin diharapkan lebih cepat. Terlebih lagi saat ini perusahaan tidak hanya melihat pasar Indonesia yang cukup besar tetapi juga untuk pasar ekspor," kata Rosan.
Pabrik BYD di Indonesia ini diklaim menjadi pabrik otomotif terbesar di wilayah Asia Tenggara. Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 hektare dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 hektare.
Pabrik yang direncanakan memulai produksi komersial pada awal 2026 ini akan menambah kapasitas produksi dari 150.000 unit menjadi 300.000 unit per tahun. Selain itu, BYD juga merencanakan pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan Plug-In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium pada awal tahun depan.
Dengan pengembangan tersebut, jumlah tenaga kerja diproyeksikan meningkat signifikan, dari 8.700 orang menjadi 18.814 orang.
Untuk dukungan percepatan infrastruktur di sekitar kawasan industri tersebut, Rosan menyebut telah mempersiapkan jalan tol dan akses jalan ke Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.
Di samping itu, pemerintah, ungkapnnya, juga memberikan dukungan kepada perusahaan berupa percepatan penerbitan perizinan dan insentif penanaman modal.
(prc/ros)