Kebijakan Trump itu, lanjut Josua, dapat menguntungkan jika Indonesia dapat masuk ke pasar AS dan meningkatkan pangsa pasarnya menggantikan China. Namun jika tidak berhasil, Indonesia justru berpotensi terdampak secara signifikan atas pengenaan tarif impor AS ke China.
Sebab, China merupakan mitra dagang utama Indoneisa sehingga kebijakan tarif tersebut berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi China dan pada akhirnya berdampak pada Indonesia.
“Tekanan perlambatan ekonomi China pun bisa berdampak bagi Indonesia karena produsen-produsen di China tentu akan mencari pasar bagi produk mereka, dimana salah satunya adalah Indonesia,” tegasnya.
Josua menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) tren PHK meningkat pada tahun ini, tercermin dengan angka PHK per November 2024 sebesar 67,9 ribu. Angka tersebut naik 17,12% dibandingkan besaran PHK November 2023 yang mencapai 64,9 ribu tenaga kerja.
Bahkan angka PHK per November 2024 tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan besaran tenaga kerja yang terkena PHK sepanjang tahun 2023, yakni hanya sebesar 64,9 ribu tenaga kerja.
“Kami melihat memang beberapa wilayah industri manufaktur padat karya kita saat ini, yakni Jawa Tengah (Tekstil Garmen Furniture) dan Banten (Alas Kaki), mengalami tekanan cukup kuat karena melambatnya permintaan global serta meningkatnya persaingan dengan barang impor,” jelasnya.
Pemerintah Perlu Jaga Daya Beli Masyarakat
Sebagai solusi jangka pendek, Josua menyarankan agar pemerintah menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi domestik tetap terjaga sehingga menopang kinerja industri manufaktur domestik di tengah ketidakpastian global.
Josua juga menegaskan, penundaan kenaikan tarif PPN dari 11% ke 12% juga menjadi salah satu solusi jangka pendek yang dapat diambil pemerintah. Sebab, terdapat indikasi penurunan daya beli di kelas menengah, dan penundaan tersebut dapat menjaga konsumsi masyarakat.
Sementara yang bersifat jangka panjang, Josua menegaskan pemerintah perlu meningkatkan daya saing industri manufaktur dengan memberikan insentif bagi pelaku industri, terutama yang merevitalisasi fasilitas produksi agar lebih efisien.
Solusi jangka panjang berikutnya, dirinya menyatakan Indonesia perlu keluar dari ketergantungan terhadap perekonomian China di tengah ketidakpastian pasar global tersebut.
“Ketiga, terus berupaya meningkatkan produktivitas industri baik melalui peningkatan teknologi ataupun peningkatan kualitas sumber daya manusia,” tegas Josua.
(azr/ain)