Di sisi lain, investor sedikit tidak yakin RBNZ akan mengulangi kebijakannya menaikkan suku bunga sebanyak 75 bps pada November tahun lalu dalam rapat suku bunga 22 Februari mendatang.
Dolar Selandia Baru terpantau menguat setelah rilis data ekonomi tersebut sebelum kembali ke level sebelumnya. Pada pukul 11:04 (Waktu Wellington), dolar Selandia Baru setara dengan 64.96 sen dolar AS.
Tingkat inflasi secara tahunan lebih rendah dari perkiraan Reserve Bank sebesar 7,5%, tetapi karena kegagalannya dalam meredam inflasi, diperlukan tindakan pengetatan moneter lebih lanjut.
RBNZ pada November memproyeksikan bahwa Official Cash Rate akan naik menjadi 5,5% dari sebelumnya 4,25%. Dengan tujuan membawa inflasi kembali ke target 1-3% tahun depan.
Rapat terkait kebijakan suku bunga acuan berikutnya akan dilaksanakan pada 22 Februari dan investor cenderung tidak yakin apakah bank sentral akan menaikan 75 atau 50 basis poin.
"Angka inflasi jelas-jelas tidak seburuk yang dikhawatirkan oleh RBNZ pada November lalu, dan tanda-tanda inflasi akan melandai sepanjang 2023 menjadi sangat jelas," ujar kepala ekonom ANZ Bank New Zealand, Sharon Zollner yang menurunkan proyeksinya atas kenaikan suku bunga selanjutnya dari 75 bps menjadi 50 bps.
Selandia Baru telah menjadi pionir negara-negara yang memberlakukan pengetatan moneter, karena RBNZ berupaya mengatasi inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga energi dan gangguan rantai pasokan.
RBNZ telah menaikkan Official Cash Rate (OCR) sebesar 4% sejak Oktober 2021, dengan kenaikan tertinggi 75 poin pada November.
Namun, kepercayaan bisnis yang masih melemah, pengeluaran konsumen melambat, dan tanda-tanda tekanan inflasi global yang menurun, memicu spekulasi bahwa bank sentral mungkin dapat bergabung dengan beberapa bank sentral lainnya dalam memperlambat laju kenaikan suku bunga.
RBNZ memperkirakan inflasi akan mencapai 7,5% pada Kuartal I-2023 sebelum mulai menurun saat ekonomi masuk tanda-tanda resesi. Inflasi tidak akan kurang dari 3% sampai pertengahan tahun 2024.
Kenaikan harga terjadi secara luas, dilansir dari data badan statistik tersebut, tercatat 10 dari 11 kelompok utama dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat pada kuartal tersebut. Pendorong utamanya adalah perumahan dan utilitas rumah tangga, makanan dan transportasi.
Inflasi non-tradable, indikator yang dipantau dengan seksama dari tekanan harga domestik, tetap di angka 6,6%. RBNZ memproyeksikan akan bergerak di angka 7%.
(bbn)