“Mengapa seperti ini? Karena kita ingin ada nilai tambah dari barang yang diekspor itu. Ada penghiliran, pembangunan smelter, itu akan menambah lapangan pekerjaan dan menghidupkan ekonomi. Itu argumentasi yang kita pakai dan itu berkaitan dengan kedaulatan kita sebagai sebuah negara,” paparnya.
Jerry menyebut argumentasi yang disampaikan oleh Indonesia adalah argumentasi yang berlaku bagi semua negara berdaulat. Setiap negara yang kepentingan nasionalnya diganggu berhak untuk melawan dengan argumentasi serupa.
Lebih lanjut, Jerry belum bisa memastikan kapan sengketa yang melibatkan Indonesia dan Uni Eropa itu bisa selesai. Dia menyebut proses yang harus dilalui untuk mengajukan banding di WTO cukup panjang dan memakan waktu.
“Proses di WTO itu tidak cepat, ada [proses] hearing-nya, ada first submission-nya, ada forum konsultasinya, ada first written statement-nya dan tahapan-tahapan lain yang harus dilalui,” tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan penghiliran adalah kunci untuk mendapatkan nilai tambah bagi kemajuan sebuah negara. Dengan demikian, penghiliran harus konsisten dilakukan walaupun menghadapi tantangan termasuk gugatan di WTO seperti yang terjadi pada nikel.
"Jangan kita hanya senang karena keberhasilan di nikel, ya nikel memang menjadi sebuah contoh dari yang dahulu waktu kita ekspor mentahan di US$1,1 miliar saat masih mengekspor mentah pada 2022. Perkiraan saya sudah di angka berapa pak Luhut? Kira-kira US$30-33 miliar. Bayangkan dari yang Rp17 triliun kemudian melompat menjadi Rp450 triliun, betapa nilai tambahnya? Itu sangat besar sekali. Untuk itu, saya sampaikan kepada menteri setiap rapat, jangan tengok kanan kiri lurus terus penghilrian, digugat di WTO terus, kalah tetap terus," katanya awal Januari.
Menurut Jokowi, penghiliran sektor mineral dan batu bara (minerba) serta minyak dan gas bumi (migas) akan menjadi penentu dan pertaruhan sebuah negara bisa menjadi negara maju. Dampak penghiliran juga akan menambah produk domestik bruto (PDB) dan lapangan kerja.
"Saya berikan contoh saja, Indonesia ini ekspor bahan mentah bauksit itu kita nomor tiga di dunia, mentahan yang kita ekspor, tetapi ekspor aluminium kita nomor 33, mentahnya nomor tiga kok barang setengah jadinya nomor 33 apalagi ekspor panel surya itu kita nomor 31 padahal bahannya ada di sini. Kalau ini kita kerjakan yang namanya panel surya itu, nilai tambahnya sampai 194 kali,” tuturnya.
(rez/wdh)