Heejin Kim - Bloomberg News
Bloomberg, Upaya Korea Selatan (Korsel) untuk mengungkap penyebab kecelakaan pesawat terburuk di negara itu yang menewaskan 179 orang mulai menunjukkan kemajuan. Pada Selasa (27/12/2024), pihak berwenang mulai mengekstrak data dari cockpit voice recorder (CVR) pesawat Boeing 737-800.
CVR adalah salah satu dari dua “kotak hitam” yang berhasil ditemukan oleh penyelidik Korea dari reruntuhan pesawat milik Jeju Air. Alat ini merekam komunikasi radio dan suara pilot, yang berpotensi memberikan petunjuk tentang bagaimana pesawat tersebut tergelincir di landasan hingga menabrak dinding beton di ujung landasan Bandara Internasional Muan pada Minggu (29/12/2024) pagi.
Wakil Menteri Penerbangan Sipil, Joo Jong-wan, mengatakan dalam konferensi pers bahwa proses ekstraksi data dari CVR sedang berlangsung. Namun, ia tidak memberikan batas waktu kapan proses tersebut akan selesai.
Sebelumnya pada hari yang sama, Joo mengungkapkan bahwa flight data recorder (FDR), yang berfungsi mencatat parameter penerbangan seperti ketinggian dan kecepatan udara, kehilangan kabel penghubung antara unit penyimpanan data dan unit penyimpanan daya.
Kedua perangkat ini menyimpan data penting yang dapat membantu penyelidik memahami penyebab salah satu pesawat paling andal Boeing bisa mendarat dengan posisi perut. Kedua perangkat ini sedang diperiksa oleh kelompok investigasi gabungan yang melibatkan otoritas penerbangan AS dan perwakilan Boeing, produsen pesawat tersebut, tambah Joo.
“Seorang ahli terus mencari cara untuk memulihkan data di dalam FDR,” ujar Joo, menambahkan bahwa kementerian akan menyelesaikan masalah ini “secepat mungkin.” Namun, ia menolak berkomentar lebih lanjut, termasuk apakah salah satu dari dua mesin pesawat masih berfungsi saat pilot mencoba melakukan go-around untuk mendarat ulang, atau apakah terjadi pemadaman daya di pesawat.
Pihak berwenang juga mengaku belum mengetahui alasan mengapa pilot tidak secara manual menurunkan roda pendaratan yang tampaknya tidak berfungsi, seperti yang terlihat dalam rekaman video. Mereka menjelaskan bahwa terdapat tuas di kokpit yang dapat digunakan untuk menurunkan roda secara manual.
Dugaan awal mengarah pada kemungkinan tabrakan dengan burung (bird strike), berdasarkan komunikasi antara menara pengawas dan pilot sebelum kecelakaan terjadi. Menara pengawas mengeluarkan peringatan bird strike dua menit sebelum pilot mengirimkan panggilan darurat (mayday).
Otoritas Korea telah mewawancarai dua petugas menara pengawas yang bertugas saat itu, tetapi mereka enggan menjelaskan isi percakapan tersebut. Penyelidik juga sedang memeriksa apakah localizer — alat yang digunakan untuk memandu pendaratan pesawat — memiliki kaitan dengan kecelakaan ini.
Kecelakaan pesawat Jeju Air ini merupakan yang pertama bagi maskapai tersebut dan tercatat sebagai kecelakaan penerbangan sipil paling mematikan dalam sejarah Korea Selatan. Secara keseluruhan, jumlah korban jiwa dalam kecelakaan pesawat penumpang mencapai 318 orang tahun ini, termasuk insiden ini dan jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines, menurut data dari Cirium. Angka ini adalah yang tertinggi sejak lebih dari 500 orang tewas pada 2018, tahun yang ditandai dengan kecelakaan pertama dari dua insiden Boeing 737 Max.
(bbn)