Demi menumbuhkan kembali minat IPO dari perusahaan-perusahaan dalam negeri di Bursa Efek Indonesia (BEI), otoritas juga diminta lebih menghadirkan regulasi yang ramah pemodal.
Ekosistem yang kondusif dalam investasi juga menjadi daya dukung pasar keuangan secara luas. “Memasuki tahun 2025, potensi pasar keuangan bisa terus tumbuh eskalatif karena stabilitas politik, sosial dan ekonomi dalam negeri relatif terjamin,” kata Ajib.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaidi mengungkap bahwa minimnya perusahaan yang melantai di pasar saham Indonesia memang dikarenakan kondisi global yang tak menentu.
Lebih rinci dirinya memberi contoh dampak dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mempengaruhi ekonomi secara global.
“Gonjang-ganjing geopolitik, ini mempengaruhi terhadap ekonomi secara global sehingga banyak sekali perusahaan-perusahaan yang mau melakukan IPO ditunda…karena kondisi yang tak menentu,” jelas Ibrahim.
Ibrahim memprediksi lesunya IPO akan berlanjut tahun depan atau sulit mencapai target karena perusahaan-perusahaan yang hendak melantai di pasar saham tentu melihat kondisi ekonomi global.
“Misal ada 100, belum tentu 100 semuanya itu melakukan IPO, karena apa? perusahaan-perusahaan yang listing itu juga akan melihat bagaimana kondisi global dapat dari perang dagang antara Amerika dan Tiongkok dengan Eropa, dengan Kanada, dengan Meksiko,” tutur dia.
“Terus imbasnya seperti apa? Kalau seandainya mereka melakukan IPO ya kemungkinan besar akan sepi.” Dalam catatan BEI, jumlah emiten baru yang hadir 2024 merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Sepanjang periode 2019–2024 pasar saham domestik telah kehadiran 943 perusahaan baru berstatus emiten. Berikut rinciannya.
- Tahun 2019 55 perusahaan berhasil IPO
- Tahun 2020 51 perusahaan berhasil IPO
- Tahun 2021 54 perusahaan berhasil IPO
- Tahun 2022 59 perusahaan berhasil IPO
- Tahun 2023 79 perusahaan berhasil IPO
- Tahun 2024 41 perusahaan berhasil IPO
BEI mencatat 41 emiten baru mampu meraih pendanaan total Rp14,3 triliun dan menempati peringkat ke-10 di dunia dari sisi jumlah IPO, menurut EY Global IPO Trends 2024.
Rekor kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp13.475 triliun pada 19 September 2024 silam dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu meraih level all time high (ATH) 7.905,390. Tahun ini pasar modal juga menghasilkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Rp12,9 triliun.
“Data tersebut diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,9 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,13 juta kali transaksi,” jelas BEI.
Selain 41 IPO, BEI juga menghadirkan 143 emisi obligasi dan sukuk, 1 ETF baru, serta 495 waran terstrukur sepanjang periode 2024.
(wep)