Qim menyatakan, AS telah menggagalkan momen baik saat kedua pemimpin negara, Presiden XI Jinping dan Presiden Joe Biden bertemu di Bali November dalam KTT G20 dimana Indonesia bertindak selaku tuan rumah. “Terdapat kata dan perbuatan yang keliru. Tidak mungkin berkomunikasi dalam satu sisi, namun pada sisi lainnya menekan China,” ucap dia.
Pihak kedutaan besar AS untuk Beijing menolak untuk berkomentar atas pertemuan tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir hubungan kedua negera memburuk, terlebih usai ‘Balon mata-mata’ yang melintas wilayah Amerika dengan tuduhan dialamatkan kepada pemerintah China, pada Februari lalu. Imbas aksi balon spionase, Menlu AS Antony Blinken langsung membatalkan kunjungannya ke Beijing.
Sejak saat itu Beijing ‘menutup’ langkah Washington untuk memperbaiki hubungan. China dan AS memang punya riwayat perselisihan, termasuk penetapan sanksi Taiwan, pembatasan teknologi, serta perang Rusia dengan Ukraina.
Pertemuan dengan wakil AS adalah yang pertama bagi Qin yang baru menjabat sebagai Menlu China, pada Desember lalu. Pertemuan kembali jadi simbol situasi telah mencair.
Burns dua minggu lalu juga bertemu Liu Jianchao, seorang diplomat sekaligus kepala departemen internasional Partai Komunis China. Pertemuan juga jadi kali pertama wakil AS dengan pejabat senior Beijing sejak pertengahan Februari.
John Kerry, perwakilan AS yang membidangi lingkungan dan iklim, berkat, jika Beijing telah mengundang dia dalam waktu dekat. Tentu pembicaraannya seputar isu perubahan iklim dan ancaman krisis dunia.
(bbn)