Logo Bloomberg Technoz

IHSG juga kalah dari Stock Exchange of Thailand yang masih mencatat return negatif di penghujung tahun, yaitu Bursa Saham Thailand, SE yang drop 1,10%, kemudian menyusul Bursa Saham Korea, KOSPI Index yang melemah 9,63%.

No  Indeks Bursa Saham ASEAN Return Year-to-Date
1  Straits Times Index STI Singapore 16,89%
2  Dow Jones Industrial Average / DJIA  12,96%
3  Vietnam Ho Chi Minh Stock Index / VN-Index 12,35%
4  FTSE Bursa Malaysia KLCI Index 12,35%
5  Philippines Stock Exchange PSEi Index     1,22%
6  Stock Exchange of Thailand SET Index (1,10%)
7  Indeks Harga Saham Gabungan / JCI-Index (2,65%)

Sumber: Bloomberg, data diolah hingga Selasa (31/12/2024)

Berdasarkan data di atas, IHSG belum bisa berpuas diri di sepanjang 2024, perbandingannya dengan Bursa Saham Asia lain dan juga indeks Wall Street sebagai tolok ukur, memperlihatkan perbedaan yang jauh berbeda, di mana Dow Jones Industrial Average mencatatkan kinerja yang ekspansif dengan kenaikan 12,96% sepanjang tahun ini.

Laju Bursa Saham Tanah Air seiringan dengan sejumlah sentimen fundamental yang mewarnai pergerakan keseluruhan, baik itu sentimen global, regional dan juga sentimen yang datang dari dalam negeri.

IHSG tertekan lantaran tingkat konsumsi masyarakat terbilang melemah sejak tahun menyeret pencapaian pendapatan dan juga penjualan masing-masing emiten, menyusul inflasi sepanjang 2024 diperkirakan sebesar 1,52%. Jauh melambat dibandingkan dengan tahun 2023 yaitu 2,61%.

Tidak hanya itu, inflasi 1,52% (jika terwujud) akan menjadi yang terendah dalam setidaknya sejak krisis ekonomi 1998. Bahkan lebih rendah dibandingkan saat pandemi, kala ekonomi mati suri, di mana kala itu inflasi hanya 1,68%.

Ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson melihat rendahnya inflasi di Indonesia terutama karena permintaan yang masih lesu. 

Inflasi RI Sejak 1998 Sampai 2024 (Tahunan) (Bloomberg)

“Tekanan harga dari sisi permintaan memudar, dengan penelusuran kami menunjukkan adanya pelemahan konsumsi, investasi, dan manufaktur,” papar Henderson dalam riset terbarunya.

Pandangan terkait penurunan daya beli ini semakin kuat melihat indikator penting seperti Purchasing Managers Index (PMI) yang konsisten di bawah 50.

S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan PMI di Indonesia berada di 49,6 pada November.

PMI di bawah 50 berarti aktivitas sedang mengalami kontraksi, bukan ekspansi. PMI manufaktur Indonesia sudah 5 bulan beruntun berada di bawah 50.

IHSG juga mendapati sentimen kurang positif dari regional, investor cemas mengenai pemulihan ekonomi China pasca pandemi Covid-19 yang berjalan lambat, hingga Pemerintah China melalui Bank Sentral (People's Bank of China/PBoC) mengagetkan dunia dengan rencananya meluncurkan stimulus moneter dan dukungan bagi pasar properti secara besar-besaran. Ini langkah baru pemerintah China untuk menghidupkan kembali ekonomi yang masih tertekan deflasi.

Dengan begitu, melambatnya pertumbuhan ekonomi China terus membayangi keputusan investasi pada emerging markets, termasuk Indonesia. Kelesuan ekonomi China juga langsung terasa oleh Indonesia karena China adalah negara mitra dagang utama Indonesia.

Tekanan Jual Investor Asing ke Saham Big Caps

Sejak awal tahun hingga tutup perdagangan tahun 2024, pemodal asing terus mencetak aksi jual bersih (net sell) di perdagangan saham pasar reguler. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia mengutip RTI Business, investor asing mencetak jual bersih total mencapai Rp28,72 triliun.

Beberapa saham big caps menjadi incaran jual para investor asing. Dalam perdagangan, di antaranya BBRI, TLKM, ASII, TOWR, BMRI, MDKA, GOTO, BBNI, BRPT, ANTM, AVIA, INCO dan BUKA.

Data Investor Asing Sepanjang Tahun 2024 (Bloomberg)

Sedang saham yang banyak diborong oleh pemodal asing di antaranya, TPIA, AMMN, INDF, AMRT, BRIS, ITMA, PGAS, FILM, EXCL, BULL, BIPI, serta BBCA.

3 Perusahaan Kakap Siap IPO dan 19 Waran Terstruktur Bakal Dihapus

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan setidaknya akan ada tiga perusahaan besar (lighthouse company) baru yang akan melantai di pasar modal atau mencatatkan saham perdananya (IPO) pada 2025.

Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, tiga lighthouse company ini sebetulnya direncanakan untuk IPO pada 2024, namun terkendala laporan keuangan dan kelengkapan dokumen yang perlu dilengkapi.

Lighthouse company sendiri merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar (market cap) sebesar Rp3 triliun, dan memenuhi aturan free float sebesar 20%.

Otoritas pasar modal Indonesia juga akan lakukan penghapusan atau delisting efek Waran Terstruktur sejumlah emiten yang terdaftar dalam pasar saham Indonesia, disampaikan P. H. Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Rendy Ridwansyah dan P. H. Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I Aditya Nugraha.

“Terhitung mulai tanggal 13 Januari 2025 Waran Terstruktur pada daftar diatas tidak lagi diperdagangkan dan Efek tersebut dikeluarkan dari Daftar Efek yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia.”

Waran terstruktur merupakan efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang dapat memberikan hak kepada pembelinya untuk membeli atau menjual suatu efek pada harga dan waktu yang sudah ditentukan.

Berikut daftar 19 emiten yang waran-nya akan delisting:

  1. PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES)

Kode Efek: ACESZPCF5A

Nama Efek: ACES ZP

  1. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)

Kode Efek: ADROHDCF5A

Nama Efek: ADRO HD

  1. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

Kode Efek: AKRAZPCF5A

Nama Efek: AKRA ZP

  1. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)

Kode Efek: AMRTZPCF5A

Nama Efek: AMRT ZP

  1. PT Bank Jago Tbk (ARTO)

Kode Efek: ARTOHDCF5A

Nama Efek: ARTO HD

  1. PT Bank Jago Tbk (ARTO)

Kode Efek: ARTOZPCF5A

Nama Efek: ARTO ZP

  1. PT Astra International Tbk (ASII)

Kode Efek: ASIIZPCF5A

Nama Efek: ASII ZP

  1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Kode Efek: BBCAZPCF5A

Nama Efek: BBCA ZP

  1. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)

Kode Efek: BBNIZPCF5A

Nama Efek: BBNI ZP

  1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

Kode Efek: BBRIZPCF5A

Nama Efek: BBRI ZP

  1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

Kode Efek: BMRIZPCF5A

Nama Efek: BMRI ZP

  1. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

Kode Efek: BRPTHDCF5A

Nama Efek: BRPT HD

  1. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

Kode Efek: BRPTZPCF5A

Nama Efek: BRPT ZP

  1. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

Kode Efek: CPINZPCF5A

Nama Efek: CPIN ZP

  1. PT Indofood CBP Tbk (ICBP)

Kode Efek: ICBPZPCF5A

Nama Efek: ICBP ZP

  1. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)

Kode Efek: INCOZPCF5A

Nama Efek: INCO ZP

  1. PT Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk (INKP)

Kode Efek: INKPZPCF5A

Nama Efek: INKP ZP

  1. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)

Kode Efek: MDKAZPCF5A

Nama Efek: MDKA ZP

  1. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)

Kode Efek: PGEOZPCF5A

Nama Efek: PGEO ZP

-Dengan asistensi Muhammad Fikri.

(fad/wep)

No more pages