Parameter lain, penyebaran aset investor (individu dan institusi) berdasarkan demografi, Jawa mendominasi. Dengan sebaran sekitar 69,09%, investor di pulau ini memiliki aseat Rp4.684,13 triliun.
Pulau Kalimatan (4,9% memiliki nilai aset Rp158,65 triliun. Sumatera (15,6%) memiliki aset Rp108,74 triliun. Selanjutnya, Bali-NTB-NTT (3,69%) nilai asetnya Rp23,06 triliun, Sulawesi (5,44%) Rp17,85 triliun, terakhir Maluku-Papua (1,27%) Rp6,22 triliun.
Data investor individu pasar modal Indonesia dengan total 14,8 juta:
-
Usia maksimal 30 tahun (dominan) sekitar 8.128.160 investor, mencerminkan presentase 54,9%
-
Usia 31-40 tahun sekitar 3.612.680 investor, mencerminkan presentase 24,41%
-
Usia 41-50 tahun sekitar 1.776.000 investor, mencerminkan presentase 12%
-
Usia 51-60 tahun sekitar 843.600 investor, mencerminkan presentase 5,7%, dan
-
Usia lebih dari 60 tahun sekitar 438.080 investor, mencerminkan presentase 2,96%
Kinerja IHSG 2024 Drop 3,25% per 27 Desember
BEI mencatatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2024 mengalami anjlok sebesar 3,25%. Berkaitan dengan hal tersebut, Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK) I. B. Aditya Jayaantara mengungkapkan bahwa kinerja pasar modal domestik sepanjang 2024 ini memang menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan dalam situasi sulit atau menantang (resiliansi) yang cukup tinggi.
Hal ini diperkuat dengan berbagai momentum peristiwa yang dihadapi Indonesia selama 2024.
"Kita juga telah melewati, bahwa sekalian momentum yang tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian kita, yaitu terkait dengan tahun politik. Kita sudah melewati proses pemilihan presiden, pemilihan legislatif dan Pilkada yang serentak, yang kita dapat melalui dengan baik, untuk menjaga pasar modal kita," jelas Aditya di Jakarta, Senin (30/12/2024).
Meski begitu, Aditya menekankan IHSG masih bergerak cukup dinamis, bahkan juga berhasil mencapai all time high (ATH) pada September 2024.
Dirinya juga menegaskan sejumlah tantangan yang akan masih dihadapi pasar modal pada 2025 mendatang.
"Di tahun 2025 nanti, diperkirakan beberapa tantangan yang perlu kita antisipasi, mulai dari tren inflasi dan pertumbuhan PDB global, tren suku bunga bank sentral, dan tentunya tensi politik yang masih berlangsung, dan kecenderungan arah kebijakan ekonomi dari Uncle Sam [Amerika Serikat], yang menurut pendapat kami cenderung sedikit proteksionistis," ucap dia.
Direktur Utama BEI Iman Rachman di sela-sela konferensi pers Peresmian Penutupan Perdagangan BEI Tahun 2024, menyampaikan sejumlah pencapaian kinerja yang telah diraih diantaranya realisasi market cap mencapai hingga Rp12.264 triliun dengan indeks pernah mencapai level ATH berada di 7.905.
"Namun yang menarik adalah bahwa di tahun ini pada 19 September 2024, kita pernah mencapai all time high yaitu 7.905. Jadi kalau kita bicara market cap, 7.095 itu telah tembus Rp13.200 triliun. Jadi kalau kita 7.000 itu Rp12.264 triliun, maka kita pernah mencapai lebih dari Rp13.000 triliun," pungkas Iman.
(wep)