Daun kelor sering dipuji sebagai "superfood" karena kandungan gizinya yang tinggi. Namun, ketika digunakan sebagai sumber protein dan kalsium, daun kelor memiliki keterbatasan. Daisy Irawan menjelaskan bahwa metode analisis gizi, seperti Kjeldahl, menunjukkan bahwa kandungan protein daun kelor tidak sebanding dengan susu atau telur.
Selain itu, daun kelor memiliki serat kasar yang dapat mengurangi penyerapan nutrisi oleh tubuh. Meskipun kaya akan kalsium, penggunaannya sebagai pengganti susu dinilai kurang efektif jika tidak dikombinasikan dengan sumber protein lainnya.
Perbandingan Nutrisi: Susu, Telur, dan Daun Kelor
Berikut adalah ringkasan perbandingan nutrisi antara susu, telur, dan daun kelor:
-
Susu: Mengandung protein tinggi (8,14 gram per gelas) dan kalsium yang mudah diserap tubuh. Namun, harus hati-hati pada anak dengan intoleransi laktosa.
-
Telur: Sumber protein yang hampir setara dengan susu (6,3 gram per butir) dan mudah diserap oleh tubuh. Terjangkau dan cocok untuk segala usia.
-
Daun Kelor: Kaya akan kalsium, tetapi kandungan proteinnya jauh lebih rendah dan sulit diserap tubuh jika dibandingkan dengan susu dan telur.
Solusi Gizi Berbasis Lokal
Daisy menyarankan untuk memaksimalkan sumber daya lokal dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. Alternatif seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, susu kambing, dan jamur pangan yang mudah dibudidayakan di Indonesia dapat menjadi solusi. Kombinasi berbagai bahan makanan ini akan memberikan manfaat gizi yang lebih seimbang dibandingkan hanya bergantung pada satu jenis makanan saja.
(seo)