Logo Bloomberg Technoz

Biodiesel B40 Meluncur Lusa, ESDM Masih Waswas Kendala Geografis

Mis Fransiska Dewi
30 December 2024 09:50

Biodiesel yang dikembangkan Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Biodiesel yang dikembangkan Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz,  Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan tantangan dalam implementasi mandatori biodiesel B40 mulai 1 Januari 2025 tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan bahan baku, tetapi juga kondisi geografis yang beragam di Indonesia.

Yuliot menyebut Kementerian ESDM terbuka terhadap masukan dari berbagai badan usaha untuk memastikan kelancaran implementasi program B40, yang diluncurkan lusa.

"Kami mengharapkan masukan dari Pertamina Patra Niaga maupun badan usaha lain terkait dengan tantangan implementasi B40. Misalnya, wilayah seperti Dumai yang relatif panas, atau daerah dataran tinggi dengan suhu lebih dingin, apakah ada impact yang perlu disiapkan baik oleh Pertamina maupun badan usaha BBM yang akan melaksanakan mandatori B40," kata Yuliot dalam keterangan resmi, dikutip Senin (30/12/2024).

Menurut Yuliot, kebutuhan biodiesel untuk mendukung mandatori B40 diperkirakan mencapai 15,6 juta kiloliter (kl) per tahun. Angka tersebut mencakup distribusi ke seluruh Indonesia, sehingga kesiapan dari sisi bahan baku dan rantai pasok menjadi prioritas utama. 

Seorang pekerja mengisi bahan bakar kendaraan saat uji jalan biodiesel berbahan dasar sawit 40% di Maribaya (Dimas Ardian/Bloomberg)

“Menteri ESDM [Bahlil Lahadalia] telah menetapkan keputusan terkait dengan implementasi ini, dan kami sudah melihat sendiri kesiapan dari sisi industri Fatty Acid Methyl Ester [FAME] sebagai bahan bakar nabati," tutur Yuliot saat meninjau Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai, Riau, Jumat pekan lalu.