Logo Bloomberg Technoz

KALEIDOSKOP 2024

Utak-atik BI-Rate di Tengah Deraan Badai Ekonomi Global

Lavinda
30 December 2024 09:10

Ilustrasi Suku Bunga (Dennis A. Pratama/Bloomberg Technoz)
Ilustrasi Suku Bunga (Dennis A. Pratama/Bloomberg Technoz)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tahun 2024 menjadi periode yang berliku bagi Bank Indonesia (BI) dalam menjalankan kebijakan moneter sekaligus menjaga stabilitas rupiah. Berbagai amunisi pun diaktifkan untuk memenuhi tanggung jawab bank sentral, ada yang ampuh, tetapi tak sedikit pula yang meleset dari target.

Suku bunga acuan atau BI-Rate menjadi salah satu amunisi terkuat BI dalam melaksanakan kebijakan moneter sekaligus menjaga stabilitas rupiah. Bank sentral tercatat setidaknya dua kali mengutak-atik BI-Rate dalam kurun setahun terakhir.

Pertama, pada 24 April 2024, Bank sentral menaikkan BI-Rate sebesar 25 basispoin (Bps) dari 6% menjadi 6,25%. Saat itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan BI-Rate dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global, serta sebagai langkah untuk memastikan inflasi tetap berada dalam sasaran pemerintah.

Kenaikan BI-Rate dipicu oleh kondisi rupiah saat itu yang lunglai di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan catatan BI, rupiah melemah 5,07% terhadap dolar AS sejak awal tahun hingga 23 April 2024 (year to date/ytd). Dibanding negara kawasan, posisi rupiah hanya lebih baik dari baht Thailand dan won Korea Selatan yang masing-masing melemah 7,88% dan 6,55% (ytd).

Kemudian, pada September 2024, BI menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps dari 6,25% dan kembali menjadi 6%, tingkat bunga yang sama seperti awal tahun ini. Saat itu, Perry mengatakan kebijakan diambil di tengah kondisi ekonomi global yang membaik, serta sebagai upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi. BI juga terus mencermati ruang penurunan suku bunga acuan dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti inflasi, rupiah, serta pertumbuhan ekonomi.