Manajemen menjelaskan, dengan pengembangan proyek-proyek energi hijau dan memanfaatkan teknologi inovatif, ADRO tidak hanya akan meningkatkan daya saing, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Pengembangan proyek EBT tersebut dilakukan oleh perseroan melalui ACEI dan anak usahanya. KSS selaku salah satu anak usaha dari ACEI, saat ini sedang mengembangkan salah satu proyek energi terbarukan di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.
Untuk itu, ACEI memberikan pinjaman kepada KSS berdasarkan perjanjian pinjaman untuk merealisasikan pengembangan proyek tersebut. Di sisi lain, EBT saat ini memiliki potensi profitabilitas dan likuiditas yang cukup tinggi.
ACEI merupakan perusahaan yang 99,99% sahamnya dimiliki secara langsung oleh ADRO. Sementara itu, 90,05% saham KSS dimiliki secara tidak langsung oleh ADRO. Dengan demikian, ini merupakan transaksi afiliasi.
ADRO tahun ini telah melakukan spin off anak usahanya di sektor bisnis batu bara, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Setelah spin off, AADI kemudian menawarkan sahamnya ke publik melalui initial public offering (IPO) dan penawaran umum oleh pemegang saham (PUPS).
Spin off bisnis batu bara termal ADRO itu tak terlepas dari ambisi untuk melaksanakan diversifikasi usaha. Untuk mencapai ambisi tersebut, ADRO memerlukan akses pendanaan yang lebih luas, termasuk green financing.
(mfd/wdh)