Dilansir dari berbagai sumber, zat besi non-heme adalah zat besi yang berasal dari sumber nabati, seperti sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan legum.
Kemudian Tan pun mengklaim soal pengganti susu dari telur saja bisa dan lebih sempurna, namun untuk daun kelor sendiri tak memenuhi spesifik setara pada kandungan hewani seperti susu.
"Telur lebih sempurna dari susu, tapi kelor itu jauh. Sebab cuma sayur biasa,"kata Tan kepada Bloomberg Technoz, Selasa (24/12/2024).
Lebih lanjut dokter Tan mengatakan bahwa kelor memiliki kandungan zat besi non heme.
"Zat besinya non heme, tidak banyak bisa diserap bahkan asam aminonya ga lengkap,"katanya.
Tan pun menegaskan bahwa kalsium produk nabati tak bisa disamakan dengan hewani sekali pun.
"Jika dikatakan susu diganti telur, ya sudah sempurna. Nggak usah sih kelor ikut-ikutan, anggap sayur saja,"tegasnya.
"Terlalu banyak dibesarkan, karena hadirnya industri olahan kelor yang dikelola pejabat,"imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut bahwa sebagian penerima Makan Bergizi Gratis (MBG) atau anak sekolah tak menerima susu dalam menu.
Sebagai alternatifnya, akan digantikan dengan menu telur dan kelor.
"Di daerah-daerah yang tidak ada sapi perah. Yang pengadaan susunya sulit,"kata Dadan kepada Bloomberg Technoz, Selasa (24/12/2024).
Dadan mencontohkan menu susu dapat diganti dengan telur untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Sementara itu, kebutuhan kalsium untuk anak-anak dapat dipenuhi melalui daun kelor.
"Telur untuk proteinnya, kelor untuk kalsiumnya,"ujar Dadan.
Dadan pun memastikan di daerah peternakan sapi perah yang mencukupi, susu tetap menjadi bagian dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Agar peternakan sapi perah merata di setiap daerah,"katanya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa Makan Bergizi Gratis (MBG) memang ingin mendorong pengembangan sumber daya lokal bukan untuk meningkatkan import.
"MGB berupaya ingin mendorong pengembangan sumber daya lokal bukan meningkatkan import,"pungkasnya.
