Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Ambrol Tersengat Fiskal, Prabowo Didesak Batalkan PPN 12%

Lavinda
27 December 2024 14:20

Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Jumat (11/10/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Jumat (11/10/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom mendesak pemerintah untuk bergerak memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melalui kebijakan fiskal yang bijaksana. Kebijakan fiskal terdekat yang bisa dijalankan adalah membatalkan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% yang akan mulai berlaku pada 1 Januari 2025. 

Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) meminta pemerintah untuk membatalkan berbagai kebijakan kenaikan iuran yang membebani konsumsi rumah tangga. Kebijakan yang dimaksud seperti kenaikan iuran BPJS Kesehatan, pungutan opsen kendaraan bermotor, hingga Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Hari ini, rupiah dibuka melemah di pasar spot usai terjeda dua hari libur perayaan Natal. Rupiah melemah 0,12% di awal transaksi spot ke level Rp16.215/US$, bergabung dengan sebagian besar mata uang Asia juga yang melemah tertekan dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini. Pada pukul 09:10 WIB, rupiah makin lemah di Rp16.222/US$.

Posisi rupiah itu sudah menembus level support psikologis di Rp16.210/US$ dan kini bisa menuju Rp16.250/US$. Apabila level itu berhasil tembus, maka mengonfirmasi laju support lanjutan ke Rp16.300/US$ dalam jangka pendek.

Menurut Bhina, pelemahan rupiah bukan hanya terkait soal sentimen eksternal suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve dan sentimen global lain. Melainkan, tersengat oleh semua kebijakan kenaikan tarif pajak dan berbagai pungutan yang membebani masyarakat.