Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia menggelar operasi moneter rutin pada Jumat ini melalui lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang ditujukan terutama untuk menarik dana asing jangka pendek (hot money) agar masuk ke pasar domestik.
Harapannya, dengan dana asing tertarik masuk, nilai rupiah bisa diungkit lebih kuat.
Namun, lelang SRBI pada hari ini yang akan menjadi lelang terakhir tahun 2024, sepi peminat ketika pergerakan rupiah di pasar spot sampai tengah hari ini masih tertekan hingga sempat menyentuh Rp16.255/US$.
Mengacu dokumen lelang yang dilansir oleh Bank Indonesia, nilai penawaran masuk atau incoming bids hanya sebesar Rp15,94 triliun. Nilai minat itu lebih rendah 31% dibanding lelang SRBI pekan lalu yang masih sebesar Rp23,1 triliun.
Para investor masih lebih meminati SRBI tenor terpanjang, 12 bulan, yang mencatat nilai penawaran masuk sebesar Rp13,48triliun. Sementara tenor lebih pendek yaitu 6 bulan dan 9 bulan masing-masing diminati Rp1,68 triliun dan Rp776 miliar.
Selain nilai minat yang kecil, para peserta lelang juga terindikasi meminta imbalan lebih tinggi. Untuk seri favorit SRBI-12M, yield diminta (Weighted Average Bidding Rate/WABR) oleh investor mencapai 7,36%, naik sedikit dibanding lelang sebelumnya di 7,35%.
Bahkan untuk tenor pendek 6 bulan, yield diminta juga naik tajam dari 7,16% menjadi 7,21% dalam lelang hari ini. Sementara tenor 9 bulan, mencatat WABR sebesar 7,26% dari sebelumnya 7,25%.
Imbal hasil tinggi yang diminta oleh peserta lelang akhirnya mendorong BI memenangkan yield (Weighted Average Winner) di level 7,30% untuk SRBI-12M, lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya di 7,28%.
Level 7,30% untuk tenor SRBI terpanjang itu menjadi yang tertinggi sejak 19 Juli lalu.
Karena minat yang lesu di kala permintaan imbalan makin tinggi, BI akhirnya hanya memenangkan penawaran sebesar Rp1,28 triliun.
Angka itu merupakan nilai penjualan terendah setidaknya sejak 19 April ketika turbulensi pasar meningkat tajam dan menjatuhkan nilai rupiah. Kala itu, BI hanya menyerap Rp3,48 triliun dalam lelang SRBI.
Sampai data lelang hari ini, BI diperkirakan telah menerbitkan SRBI senilai Rp971,08 triliun. Sedangkan untuk SVBI dan SUVBI, berdasarkan data yang dilansir bank sentral hingga 16 Desember lalu, nilai penerbitan mencapai masing-masing US$2,08 miliar dan US$386 juta.
Sejak gejolak pasar global kembali meningkat, minat investor asing di SRBI terus menyusut. Per 16 Desember lalu, kepemilikan nonresiden di SRBI tercatat Rp233,85 triliun atau 24,86% dari total outstanding.
Angka itu jauh menurun dibanding data yang dilansir sebulan sebelumnya. Pada 18 November lalu, Perry mengungkapkan posisi SRBI oleh asing mencapai Rp250,18 triliun.
Artinya, dalam hampir satu bulan, kepemilikan asing di SRBI melorot Rp16,33 triliun. Porsi kepemilikan pun akhirnya ikut turun yaitu dari sebesar 25,82% menjadi tinggal 24,86%.
Sedangkan bila menghitung selama kuartal IV-2024 sampai data terakhir dilansir, asing membukukan outflow dari SRBI sebesar US$1,3 miliar atau sekitar Rp20,86 triliun quarter-to-date.
(rui)