Logo Bloomberg Technoz

BI menyebut dominasi dolar AS dalam pasar keuangan domestik masih sangat tinggi, tecermin dari penggunaan mata uang dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan berbagai negara masih didominasi oleh dolar AS.

Tingginya ketergantungan terhadap dolar AS tersebut berpotensi berdampak pada peningkatkan kerentanan perekonomian Indonesia terhadap shock yang bersumber dari global.

Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)


Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) berencana memperluas kerja sama transaksi bilateral berbasis mata uang uang lokal atau local currency settlement (LCS) dengan Korea Selatan dan India. Skema tersebut telah disepakati Indonesia dengan empat negara, yaitu; China, Jepang, Malaysia, dan Thailand. 

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan rencana perluasan ke Korsel dan India saat ini masih dalam tahap penandatanganan kesepakatan. "Dalam waktu dekat, semua transaksi perdagangan akan mengurangi hard currency," katanya. 

Dia menjabarkan penggunaan LCS antara Indonesia dan Malaysia hingga saat ini telah mencapai 4% dari total transaksi, dengan nilai US$ 1,2 miliar. 

“Dengan Thailand sebesar 3% perdagangan dengan nilai US$ $600 juta, jadi sudah lumayan. Lalu, USD$ 1,6 miliar mendekati US$ 2 miliar, masing-masing dengan China dan Jepang," ujarnya.

Beberapa bank telah memenuhi kriteria utama untuk memfasilitasi transaksi bilateral berbasis LCS. Bank-bank yang ditunjuk tersebut antara lain memenuhi kriteria sebagai bank yang berdaya tahan dan sehat di setiap negara, memiliki pengalaman dalam memfasilitasi perdagangan antarkedua negara, memiliki hubungan bisnis dengan bank di kedua negara, dan memiliki basis konsumen dan jaringan kantor cabang yang luas di negara asal.

Kerja sama transaksi menggunakan mata uang lokal  tidak sebatas pada aktivitas ekspor impor, tetapi juga dalam sistem pembayaran lintas negara. LCS juga termasuk dalam fitur di kerja sama pembayaran berbasis kode QR antara Indonesia dengan Thailand.

(krz/wdh)

No more pages