Di luar properti komersial, Chen juga kehilangan kepemilikan mansion dan apartemen mewah di Hong Kong, sebagaimana dilaporkan Bloomberg News pada Maret lalu.
Sang taipan China sebelumnya mengungkapkan kepada South China Morning Post bahwa perusahaannya punya kemampuan untuk mengelola “masalah likuiditas jangka pendek” dan sedang berdiskusi dengan kreditur untuk mendapatkan kembali 3 asetnya.
Chen mendirikan Cheung Kei Group dengan menggabungkan bisnis di Hong Kong dan Shenzhen pada 1990, kala China sedang melakukan reformasi ekonomi. Perseroan kemudian beralih ke pengembangan real estat dan investasi keuangan setelah sebelumnya sukses di industri tekstil.
Sebelum disita, perusahaan memiliki 10 gedung perkantoran dan berbagai hotel di beberapa negara, menurut keterangan di situs korporat.
(bbn)