Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, sebagian mata uang Asia dibuka menguat seperti yen 0,13%, ringgit 0,03%, dolar Singapura 0,01%. Sedangkan won Korsel 0,15%.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi bangkit meski masih di kisaran sempit.
Rupiah berpotensi menguat terbatas hari ini menuju resistance terdekat di level Rp16.180/US$. Level resistance berikut ada di Rp16.150/US$ dan Rp16.100/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah dengan time frame daily.
Rupiah memiliki level support psikologis di Rp16.210/US$ dan Rp16.250/US$. Apabila level itu berhasil tembus, maka mengonfirmasi laju support lanjutan ke Rp16.300/US$ dalam jangka pendek.
Risiko global
Tadi malam, data klaim pengangguran berulang di AS naik ke level tertinggi dalam tiga tahun, mencerminkan semakin sulit bagi warga di Negeri Paman Sam mendapatkan pekerjaan baru setelah terkena PHK.
Namun, data itu tidak terlalu mempengaruhi pasar. "Data ekonomi tidak terlalu berpengaruh hingga kita memasuki tahun baru," kata Kenny Polcari dari SlateStone Wealth, dilansir dari Bloomberg News. "Natal sudah berlalu, dan tahun baru sudah di depan mata. Volume perdagangan akan tetap rendah."
Dalam publikasi berbeda, salah satu pengelola dana global besar dari Amerika, Apollo Global Management, baru saja merilis daftar risiko pasar terbesar yang mungkin akan dihadapi oleh para investor tahun depan.
Salah satu risiko terbesar yang perlu diwaspadai adalah lonjakan inflasi lagi di AS akibat kebijakan-kebijakan Presiden terpilih Donald Trump.
Ekonom Apollo memprediksi ada potensi 40% suku bunga The Fed akan naik lagi gara-gara inflasi yang meningkat di negeri itu, buntut kebijakan Trump.
Kekhawatiran akan kesehatan fiskal AS juga bisa mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diminta investor Treasury. Chief Economist di Apollo Global Management Torsten Sløk melihat ada peluang sekitar 40% bagi yield Treasury tenor 10Y untuk bergerak di atas 5% sebelum pertengahan 2025.
Bila prediksi itu jadi kenyataan, maka akan jadi kabar sangat buruk bagi rupiah dan pasar keuangan domestik. Yield Treasury yang kian tinggi akan menyedot likuiditas asing keluar dari pasar Indonesia dan kembali ke 'kandang'nya di AS. Akibatnya, rupiah bisa terperangkap pelemahan.
(rui)