Dengan begitu, Masyita menyatakan terdapat lima fokus utama yang dapat diperbaiki dari sektor pariwisata Indonesia. Pertama, perbaikan infrastruktur. Menurutnya, fasilitas transportasi udara, pelabuhan, dan darat Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara pesaing.
“Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan mayoritas wisatawan mancanegara (wisman) masuk melalui jalur udara sebesar 72%, sementara melalui laut hanya 18,3%. Kita harus membangun infrastruktur yang mendukung pariwisata secara menyeluruh, baik di pusat maupun daerah, agar konektivitas lebih terintegrasi,” paparnya.
Kedua, inovasi pelayanan wisata dan eksplorasi budaya Indonesia belum maksimal, padahal Indonesia memiliki sumber daya alam dan budaya yang beragam. Ia memandang, daya tarik budaya dan keunikan lokal masih dapat dikembangkan untuk meningkatkan minat wisatawan.
“Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, namun upaya untuk memadukan inovasi dengan tradisi masih terbatas. Ini adalah peluang besar yang harus dimanfaatkan," ucapnya.
Ketiga, aspek keberlanjutan (sustainable) pariwisata Indonesia masih tertinggal jauh. Dirinya memandang, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah dan konservasi alam.
"Keberlanjutan adalah kunci masa depan pariwisata. Jika kita tidak menjaga lingkungan, pariwisata kita akan kehilangan daya tariknya dalam jangka panjang," ungkap Masyita.
Keempat, lingkungan pendukung pariwisata masih belum optimal. Menurut dia, aspek keamanan, kesehatan, higienitas, dan pasar tenaga kerja di pariwisata Indonesia masih perlu diperbaiki. Sebab, para wisatawan dari negara maju, sangat memperhatikan sederet aspek tersebut dalam berwisata.
“Wisatawan dari Eropa dan Amerika Utara, misalnya, selalu mempertimbangkan keamanan dan fasilitas kesehatan sebelum memutuskan untuk berkunjung. Ini harus menjadi perhatian utama kita," katanya.
Kelima, terbatasnya informasi tentang destinasi wisata di Indonesia. Menurut dia, teknologi informasi dan komunikasi masih kurang dimanfaatkan oleh para pengelola tempat wisata. Sehingga, wisatawan asing kerap kesulitan mendapatkan informasi yang akurat mengenai tempat wisata di Indonesia.
"Promosi digital dan pendekatan berbasis data harus menjadi prioritas jika kita ingin menjangkau wisatawan global," pungkasnya.
(azr/lav)