Di samping itu, saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) yang jatuh 18,1%, saham PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM) ambruk 17,2%, dan saham PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) anjlok 17,1%.
Bursa Asia lainnya ikut melemah, terutama saham-saham Jepang yang turut menyeret Bursa lain, NIKKEI 225 (Tokyo), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SENSEX (India), dan KOSPI (Korea Selatan), yang tertekan dan drop dengan masing-masing 0,32%, 0,19%, 0,09%, dan 0,06%.
Di sisi berseberangan, PSEI (Filipina), CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), Shenzhen Comp. (China), Hang Seng (Hong Kong), SETI (Thailand), Straits Times (Singapura), KLCI (Malaysia), dan Topix (Jepang) yang berhasil menguat masing-masing 2,01%, 1,27%, 1,26%, 1,15%, 1,08%, 0,56%, 0,46%, 0,43%, dan 0,02%.
Sejumlah Bursa Saham Asia dan IHSG bergerak berseberangan dengan momentum penguatan di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup menguat.
Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite, masing-masing tertekan dengan melemah 0,16%, 0,73%, dan 0,98%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Bursa Asia mencatat kenaikan, di mana saham-saham di China dan Hong Kong di antara yang berkinerja terbaik, sementara saham di Jepang beragam. Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. menyentuh rekor tertinggi baru, sedangkan Honda Motor Co. melonjak setelah mengumumkan Buyback Saham.
Saham Nissan Motor Co. drop sebanyak 7,3% di Tokyo setelah Perusahaan mengkonfirmasi sedang dalam pembicaraan dengan Honda mengenai kemungkinan merger bisnis. Saham Honda melesat sebanyak 14% setelah mengatakan akan Buyback Sahamnya sebanyak ¥1,1 triliun (US$7 miliar).
Di sisi yang berseberangan, sentimen melemah di Asia dalam beberapa bulan karena kekhawatiran atas tarif global yang lebih tinggi dari ancaman Presiden Terpilih AS Donald Trump, dolar yang lebih kuat, dan pemulihan ekonomi China yang lesu.
Harga minyak naik pada perdagangan yang tenang menjelang liburan setelah aksi jual selama tiga hari, dengan fokus pada penguatan dolar dan gejolak politik internasional yang dilakukan Presiden Terpilih Donald Trump.
(fad/wep)