Meski akhirnya angka investasi baru disepakati senilai US$1 miliar melalui pendirian pabrik AirTags di Batam, fasilitas produksi aksesori di Bandung, juga membangun Apple Academy baru, Indonesia tertinggal dari banyak negara seperti Vietnam dan India.
“Ada investor yang mungkin lebih memilih pasar yang lebih liberal seperti Vietnam, dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini dapat membuat mereka mempertimbangkan kembali keputusan investasi mereka dan lebih memilih negara-negara yang lebih sedikit batasan,” kata Jia Hui Tee, analis kebijakan perdagangan senior di Hinrich Foundation, dilansir dari Bloomberg News, Selasa (24/12/2024).
Sejumlah tantangan yang masih harus segera diatasi pemerintah agar investasi asing deras masuk Indonesia adalah birokrasi, skema pajak tinggi dan produktivitas SDM. Sebuah level yang membuat pertumbuhan manufaktur Indonesia jalan di tempat.
Bandingkan dengan Vietnam atau India, yang tidak hanya dengan tangan terbuka merangkul investor asing melalui insentif pajak, juga memberi kebebasan perusahaan untuk mendapatkan komponen mereka dari rantai pasok global, terang Krisna Gupta, peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies.
Dalam jangka panjang cara-cara pemerintah dalam mengajak investor asing masuk dinilai justru menjadi penghalang investasi.
David Sumual, kepala ekonom Bank BCA memberi contoh, kewajiban pemasok domestik yang sejatinya belum memenuhi standar global—utamanya pada manufaktur berbasis teknologi.
Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan di LPEM FEB UI, Teuku Riefky dalam sebuah laporan juga menyinggung TKDN rasio tinggi bukan lagi kebijakan yang diambil negara-negara lain.
Dengan TKDN rendah toh arus investasi asing tetap membanjiri negara-negara seperti Vietnam, Taiwan, hingga Malaysia. Investor asing lebih rasional dalam perhitungan bisnis, yaitu kemampuan daya saing sebuah negara.
Pemerintah yang menjunjung tinggi kebijakan TKDN, lanjut Riefky, sebagai sesuatu pemaksaan. Berbeda apa yang terjadi di negara-negara lain, dimana rasio komponen lokal mengalami peningkatan tanpa paksaan.
TKDN adalah kebijakan usang karena bertujuan untuk menutupi kekurangan daya saing yang dimiliki oleh produk domestik.
“Artinya ada market mechanism yang di-bypass [TKDN],” jelas Riefky.
“Karena komponen mereka itu memiliki daya saing, sehingga bisa meningkat, nah itu [baru] market mechanism.”
Ekosistem Manufaktur Teknologi
Indonesia bisa memanfaatkan ancang-ancang banyak manufaktur global yang merelokasi bisnis dari China, mengantisipasi dampak kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, asalkan ekosistem industri sudah lebih dulu hadir.
“Ekosistem memang harus dibangun supaya industrialisasinya terjadi,” Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal. Pemerintah diminta segera mempersiapkan agar multiplier effect industri HP smartphone nasional bisa berjalan secara optimal.
Menurut Faisal, jangan sampai TKDN sebagai syarat sebuah perangkat bisa resmi dijual di Indonesia namun ke depan justru tidak memberi dampak apa-apa bagi industri.
Faisal mengingatkan bahwa pada tahun 2015 terjadi kenaikan arus masuk barang berupa komponen industri, pada saat pemerintah tengah membatasi impor smartphone dari luar negeri.
“Jadi impor smartphone yang jadinya turun drastis, tapi impor komponennya naik drastis pada saat itu,” tegas dia.
Kebijakan proteksionis Indonesia memang membuat Apple mengikuti jejak Samsung ataupun Xiaomi yang berinvestasi pabrik namun belum secara nyata menghilangkan tantangan rantai pasok hingga biaya.
Prabowo dorong Apple investasi lebih besar
Angka investasi Apple sebesar US$1 miliar telah mendapat persetujuan dari Presiden Prabowo Subianto. Ia lantas mendesak jajaran kabinetnya untuk mendapatkan lebih banyak investasi di masa depan.
Prabowo meminta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk memimpin dan menuntaskan kesepakatan tersebut, dimana sebelumnya proposal Apple mendapat review dari Kementerian Perindustrian.
Meski demikian pemerintah belum memberi tahu jadwal pemblokiran penjualan iPhone 16 dibuka, meski propsoal investasi telah disepakati. Rencana persetujuan bisa saja berubah mengingat Indonesia sebelumnya telah menarik kembali keputusannya, kata beberapa sumber Bloomberg News.
Tambahan komitmen Apple adalah mendorong salah satu suppliernya mendirikan pabrik produksi AirTags di pulau Batam, dengan perkiraan 1.000 penyerapan tenaga kerja.
Jika Indonesia secara resmi menerima tawaran Apple, ini akan menjadi kemenangan bagi Prabowo, yang sedang berusaha mendapatkan lebih banyak investasi asing untuk mendanai janji-janji kebijakannya.
Hal ini juga akan menandakan bahwa taktik hardball Indonesia untuk mengajak perusahaan-perusahaan asing besar untuk mengembangkan produk mereka di Indonesia sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan manufaktur lokal tampaknya berhasil.
"Permainan keras" ala pemerintah -yang telah diawasi secara ketat oleh komunitas bisnis asing - juga berisiko membuat perusahaan-perusahaan lain takut karena takut mereka juga dapat dipaksa untuk meningkatkan operasi mereka atau menghadapi konsekuensi.
(wep)